Rabu, Juli 09, 2008

Memilih tetap lebih baik dari Golput

[Opini ini pertama kali ditulis pada: 08 Juli 2008]
[Opini ini direvisi pada: 09 Juli 2008]

Di bawah ini adalah salah satu diskusi di milis Mediacare & Nasional list
dan diedit lagi setelah semalam berhasil masuk dalam sesi interaksi
di acara Apa Kabar Indonesia - Malam di TV One.

Semoga bermanfaat.

---------- Forwarded message ----------
From: IrwanK
Date: 2008/7/8
Subject: Re: Wajar, Ibu Mega Resah Kalau Banyak Golput
To: mediacare@yahoogroups.com
Cc: National


Seorang teman yang 'pendiam' pernah bilang.. orang yang banyak bicara
memang bisa salah omong.. tapi orang yang pendiam (jarang bicara) jauh
lebih beresiko salah..

Karena kalau yang banyak bicara anggaplah 1-2x salah dari 10x omong -
berarti sekitar 10-20% resiko salahnya.. sementara yang pendiam yang
hanya 2-3x bicara resiko salahnya bisa mencapai 50% resiko salahnya..
apalagi kalau cuma (se)sekali bicara terus salah.. jadi 100% tuh.. :-)

Jadi jangan takut bicara lantang.. salah itu manusiawi.. yang tidak manusiawi
adalah mengharapkan manusia sebagai mahluq yang sempurna.. tanpa cacat..
atau didewa"kan, dianggap ratu adil oleh rakyat/publik.. seperti yang terjadi
selama ini di RI dan dibiarkan elit" tertentu.. karena menguntungkan mereka..
yang tanpa mitos tersebut, mereka tidak mendapat kemudahan/jabatan apa"..

Mari kita cerdaskan rakyat/publik.. agar tidak memilih penguasa (& para
pembantu"nya) yang bodoh (maupun yang pintar), tetapi membodohi rakyat..

Semoga yang mencerdaskan, membela kepentingan publik & tidak tunduk
kepada kepentingan asinglah, yang mendapat amanah & memimpin negeri
ini.. secepatnya.. mulai saat ini..

Amien..
CMIIW..

--------------
Iseng-iseng semalam saya menonton acara Apa Kabar Indonesia - Malam
di TvOne (08 Juli 2009, jam 9 malam). Pembawa acara (seperti biasa)
Tina Talisa kali ini ditemani Aria Bima (Fraksi PDIP) dan Bang Hadar.

Saya coba telepon ke TvOne dan sulit sekali. Setelah beberapa kali saya coba,
akhirnya diangkat juga.. Alhamdulillah, dari pihak TvOne bertanya siapa nama
dan apa komentarnya, saya menyebutkan nama dan isi paragraf I & II di atas..

Pihak TvOne menyatakan, apakah saya mau menunggu atau diputus dulu
hubungan teleponnya dan dihubungi balik, saya katakan, saya mau dihubungi
balik. Beberapa menit sebelum dialog diteruskan, saya dihubungi balik oleh
TvOne.

Sewaktu saya sampaikan komentar tersebut, awalnya Tina bertanya, maksud
saya apa, saya tambahkan
kesimpulan: bahwa saat ini elit & aleg pdip pontang
panting membela dan mencari pembenaran atas 'ucapan' Ibu Megawati..
Aira Bima (jelas) tidak menerima dan awalnya Bang Hadar seperti tidak
menanggapinya..

Singkat cerita, sepanjang dialog, Aria Bima mengulang" soal memilih adalah
kewajiban karena dikaitkan (sejalan) dengan pernyataan Ibu Megawati yang
kira" berbunyi: 'mereka yang golput tidak pantas menjadi wni'.. dan ini
disampaikan Ibu Megawati dengan cara 'berapi-api'.. mungkin hendak meniru
bapaknya.. Bung Karno..

Dalam hal ini Bang Hadar menyatakan ketidak-setujuannya (termasuk Tina
sendiri) bahwa memilih adalah hak dan bukan kewajiban.. FYI, saya termasuk
orang yang sepakat bahwa memilih adalah hak.. Dan menjelang akhir dialog,
saya menangkap kesan Bang Hadar menyatakan sikap yang ditunjukkan Ibu
Megawati tersebut kurang/tidak tepat. Yang lebih tepat adalah bagaimana
pihak parpol, caleg & capres meyakinkan rakyat untuk memilih.. bukan golput.

Inilah jalan terjal dan berat yang harus dijalani oleh para politikus kita..
bukannya menuding pihak tertentu tidak pantas begini begitu.. seperti yang
kita lihat belum lama ini..

Memilih (dengan benar) tetap lebih baik dibanding golput.
Mari kita memilih dengan/yang benar..
CMIIW..

--
Wassalam,

Irwan.K
Jakarta, Indonesia
http://irwank.blogspot.com/

---------
2008/7/8 A.Supardi <a.supardi@chello.nl>:

Rakyat Merdeka, Selasa, 08 Juli 2008, 01:09:01
Wajar, Ibu Mega Resah Kalau Banyak Golput

Tjahjo Kumolo
, Ketua Bappilu PDIP


Tanggapi Kritikan Terhadap Megawati Soal Golput

Pernyataan Megawati Soe­kar­­no­putri yang me­ngatakan, pe­milih golput itu bu­kan warga ne­gara Indonesia me­nuai kecaman. Me­nurut be­berapa pengamat, dengan me­nga­takan hal itu, orang nomor satu di PDIP tersebut dinilai te­lah menindas rakyat. Bagaimana tang­gapan Ketua DPP PDIP Tjahjo Kumolo atas kritikan ter­ha­dap bosnya itu? Berikut pen­je­la­san Tjahjo Kumolo yang juga Ketua Bappilu PDIP kepada Rakyat Merdeka di Jakarta, ke­marin.

PERNYATAAN Megawati bahwa golput bukan WNI di beberapa me­dia dinilai tidak wajar. Ba­gai­mana pendapat Anda?
Saya ingin meluruskan berita itu. Alur pikiran ibu Mega itu bah­wa setiap warga negara mem­pu­nyai hak untuk memilih dan dipilih dalam setiap pilkada, pe­milu, dan pilpres.

Setiap WN juga mempunyai hak dan kewajiban untuk meng­gunakan hak pilihnya secara be­bas. Dalam UU juga tidak diatur pe­­­ngertian bahwa setiap WN bo­leh golput. Jadi, dalam konteks ini Ibu Me­ga­ sebagai ketua umum partai dan jurkam dalam pilkada wajar me­nyam­paikan pernyataan me­nga­jak setiap WN yang mem­pu­nyai hak pilih untuk meng­gu­nak­an hak pilihnya. Ini juga sebagai ba­gian dari pendidikan politik ke­pada rakyat di alam demokrasi sa­at ini.

Memangnya kalau golput ke­napa?
Kalau golput itu berarti tidak ikut bertanggung jawab dalam pro­ses pengambilan keputusan pe­merintahan.

Apakah Mega khawatir kon­sti­tuennya tidak memilihnya lagi?
Dengan banyaknya golput wajarlah ibu Mega merasa resah. Se­tidaknya, itu ajakan agar warga ne­gara menggunakan hak pi­lih­nya baik di pilkada maupun pil­pres.

Atau ini karena adanya se­ru­an dari Gus Dur?
(Tidak dijawab, diam dan ha­nya tersenyum).

Tidak khawatir pernyataan itu nan­ti dinilai sebagai upaya men­curi start kampanye?
Sebagai jurkam pilkada dan ke­tua umum partai, Ibu Mega mem­punyai hak berkampanye me­ne­mui konstituen dan dalam rangka pendidikan politik bagi para ka­der anggota simpatisan PDIP. Sa­­ya kira itu ti­dak bisa di­ka­ta­kan men­curi start (kampanye).

Karena per­nyataannya ter­­­se­but Mega di­nilai telah menindas ra­kyat. Bagai­mana menurut Anda?
Saya pikir itu tidak benar Ibu Me­ga dikatakan menindas hak rakyat. Semua itu akhirnya akan ter­pulang kepada masyarakat yang punya hak pilih. Apa yang dilakukan Ibu Mega tak lebih hanya sekadar mengajak ma­syarakat untuk menggunakan hak dan kewajibannya agar ikut ter­libat dalam proses pe­ngam­bilan keputusan siapa yang layak me­mim­pin daerah atau negara ini. edy

----- Original Message -----
Sent: Monday, July 07, 2008 4:24 PM
Subject: [mediacare] Ibu Mega Yth..."Golput adalah hak rakyat lho..."

Ibu Mega Yth, (mudah-mudahan sampai surat saya ini kepada beliau)

Membaca tulisan ttg Ibu Mega di kompas.comhttp://www.kompas.com/read/xml/2008/07/05/21241680/megawati.golput.tak.boleh.jadi.wni) membuat hati nurani saya mendung, karena tokoh yang begitu saya kagumi, banggakan dan sangat saya hargai bisa menelurkan kata-kata yang sepantasnya tidak dikeluarkan oleh tokoh demokrasi: "Golput tak Boleh Jadi WNI" Saya kira golput juga adalah merupakan hak rakyat. Rakyat berhak untuk golput dan itu menjadi pilihan rakyat ketika penguasa, parpol, dan lembaga Negara tidak bisa memberikan prospek kesejahteraan yang nyata bagi rakyat. Pernyataan itu mengingatkan saya kepada pernyataan resmi yang dikeluarkan oleh diktator macam Robert Mugabe, Aleksandr Lukashenko atau Kim Jong-il. Golput sebenarnya adalah bagian dari pendidikan rakyat terhadap penguasa supaya sadar dan mencari kekurangan yang membuat mengapa rakyat menjadi Golput. Justru dengan tingginya angka golongan putih (golput) dalam pemilihan umum pertanda mekanisme demokrasi kian efektif di Indonesia. Rakyat menghukum pemimpin yang dianggap lalai dan gagal melaksanakan visi dan misi mereka untuk menyejahterakan rakyat. Perlu kita ingat dan simak bersama bahwa proses transisi politik di indonesia memiliki tipikal tersendiri berbeda dengan proses demokratisasi di negara lain, kekuatan politik lama sama sekali tidak di likuidasi. Kenyataan ini menunjukkan bahwa kekuatan lama yakni sisa-sisa kekuatan Orde baru masih terus mewarnai proses politik di Indonesia paska reformasi, dan dalam pemilu 2004 Golkar kembali jadi partai pemenang pemilu meskipun perolehan suaranya menurun. Rejim –rejim yang berkuasa paska reformasi, gagal menyelesaikan persoalan-persoalan mendesak seperti; Pengadilan Soeharto, kesejahteraan, pelanggaran HAM, dan terutama pemulihan ekonomi. Begitu lho Ibu Mega....itulah risiko demokrasi. (

salam Merdeka!

Teddy Sunardi


5 komentar:

Rama Aryo mengatakan...

wah, gak lolos di FPK terus melanjutkan disini ya... hehehehehe

cokelat mengatakan...

waktu dulu pilihannya tinggal SBY sama Mega, pak Irwan milih apa? :)

Irwan.K mengatakan...

Bos Aryo,

Sayang sekali memang, milis FPK tidak meloloskan komentar/tulisan" saya di sana..

Mudah"an ke depannya, milis FPK mau menerima kritik/pandangan lain terhadap Ibu Megawati..
bukan hanya yang sifatnya memuja-muji saja..
atau karena ada ketakutan citra Ibu Megawati terusik karenanya..
:-)

Om Ivo,

Waktu itu saya masih menjalankan hak saya koq.. hehehe.. :D

Wassalam,

Irwan.K

cokelat mengatakan...

jadi dulu milih bu Mega? :D

Irwan.K mengatakan...

Idih.. Om Ivo mau tahu azza.. :D
Rahasia donk.. :-p

Wassalam,

Irwan.K