Minggu, Oktober 01, 2006

Zakat dan keberkahan?

Assalaamu 'alaikum wr wb..

Berbicara eh menulis soal Zakat, biasanya kita akan ingat soal zakat tahunan (zakat fitri)..
Tapi saya gak akan bahas soal itu.. Saya justru lebih tertarik pada zakat penghasilan.
Sorry, saya kurang paham soal dalil resminya.. Sebenarnya bisa aja sih cari lewat google
atau tanya sama yang lebih paham.. cuma males aja.. :-p

Tapi secara logika saja, zakat penghasilan (ada yang bilang zakat profesi) merupakan
suatu keharusan bagi mereka yang sudah mampu (melebihi batas tertentu - nisab)..
dalam hal ini (kalau benar/gak salah) kira" 86 gram harga emas untuk penghasilan
pertahun.. Dikarenakan pendapatan saya hingga saat ini hanya per bulan (bukan
per tahun) maka saya kesulitan untuk mengeluarkan per tahun.. Jadi biar lebih ringan,
saya ambil waktu yang per bulan, yakni (minimal) 2.5% dari penghasilan.

Ada yang bilang dihitung dari total pendapatan/take home pay (THP).. ada juga yang bilang
dari THP dikurangi kebutuhan bulanan. Tapi saya ambil yang pertama saja, biar gak pusing..
dan siapa tahu lebih afdhol.. Amien..

Awalnya saya 'belajar' berzakat sekitar tahun 2000-an.. Waktu itu Alm. Mamah saya sakit
diabetes.. Saya sempat berpikir jangan" sakitnya Mamah langsung/tidak, terkait dengan
tidak dikeluarkannya zakat dari penghasilan saya.. Katanya sih Zakat itu berfungsi sebagai
pembersih.. ibarat jendela dan ventilasi dalam rumah.. berfungsi untuk menjaga rumah
tetap sehat dan segar (sirkulasi udara dsb).

Atau analogi lain, kewajiban zakat itu ibarat membuang kotoran (termasuk debu) dari
dalam rumah.. Bisa anda bayangkan kalau kotoran (dan debu) dalam rumah anda
selalu disimpan saja (atau dikonsumsi juga).. :-P Kira" apa dampaknya?
Mungkin minimal penyakit (harus berobat dsb) atau mungkin teguran dari Allah,
mis: kehilangan barang atau bahkan dicuri/dirampok dsb..

Singkatnya, entah benar/tidak, Alhamdulillah saya merasakan jalan/ikhtiar pekerjaan
saya lebih berkah sejak saya belajar berzakat.. Tentu saya sadar zakat bukan satu-
satunya jalan/ikhtiar terkait keberkahan tadi.. Saya yang tidak punya gelar S1, setidaknya
masih bisa bekerja di perusahaan yang kebanyakan karyawannya memiliki gelar tersebut..
Termasuk memiliki rumah sendiri dan rumah kontrakan di luar kota.. :-p
Tidak ketinggalan kewajiban hutang ke Bank yang masih harus dibayar.. Hehehe..

FYI, saya menyalurkan sendiri lewat Kaka' Ipar saya.. dan saya sendiri tidak tahu siapa
saja para menerima (sedikit) dana zakat dari saya itu.. Mungkin (ini mungkin lho ya),
bisa jadi do'a para penerima zakat memang dikabulkan Allah.. Toh kalaupun do'a
tersebut tidak dikabulkan Allah di dunia ini, mudah"an jadi bekal kami di akhirat kelak..
Amin ya robbal 'alamin..

Satu hal lagi, AFAIK angka 2.5% adalah minimal.. siapa tahu saya bisa belajar meningkatkan
angka tersebut.. Kaya'nya baru tahun ini deh belajar jadi 5%..
FYI, 4 bulan terakhir punya hutang zakat yang harus dikeluarkan; dikarenakan persiapan
untuk istri saya melahirkan dan memasukkan anak ke SD (bayar sumbangan pokok dll)..
Jadi kelihatannya THR nanti (hehehe) bakal terpakai lumayanlah untuk membayar zakat
dulu.. 4 bulan bo..

Wallahu a'lam.. CMIIW..

Wassalam,

Irwan.K