Jumat, Agustus 01, 2008

Pengalaman memasuki lingkungan partai politik - dari sudut pandang seorang simpatisan

[Opini ini pertama kali ditulis pada: 1 Agustus 2008]
[Opini ini direvisi pada: ]

PERBAIKAN, BUKAN SEKEDAR PERUBAHAN
Oleh Irwan Kurniawan
di Jakarta, Indonesia

Waktu menunjukkan sekitar pukul 19:30-an (semalam - 31 Juli 2008) sewaktu
saya memasuki rumah di jalan Metro Pondok Indah 29 Kebayoran Lama
Jakarta Selatan. Di rumah inilah, kira" 4 tahun yang lalu, saya dan beberapa
rekan KOMPARS (Komunitas Pendukung Amien Rais dan Siswono) serta para
kader PAN lainnya pernah mendapat sebagian logistik untuk kampanye
pilpres dari pasangan Amien Rais - Siswono atau yang dikenal dengan
ArSis itu.

Terbayang bersemangatnya kami saat itu.. karena menjalankan suatu
upaya/perjuangan bersama.. Alhamdulillah, semalam saya masih diberikan
semangat tersebut.. meski hanya datang sendirian.. :D Setiba di lokasi,
terlihat beberapa orang di halaman depan yang menjadi tempat parkir
kendaraan roda empat & roda dua itu.. Dan bertemu seseorang yang
rasanya pernah bertemu sebelumnya.. sayangnya lupa namanya.. :-p

Meski begitu, dengan pede-nya, kita berbincang" seperti sudah lama akrab..
padahal masih belum ingat nama.. saya pikir ini gak terlalu penting lah..
yang penting kita temenan ini.. sambil berusaha menghibur diri.. hehehe..
belakangan baru tahu, ternyata beliau ini Iqbal (rekan dari milis PAN -
PAN@yahoogroups.com).. Sorry bos, saya baru inget lagi nama ente, pas
ente nitip uang t-shirt KM (Komunitas Milis) PAN.. Akhirnya terjawab juga
'ganjalan' lebih dari 1 jam itu..

Singkat cerita, kami berdua masuk ke dalam rumah tersebut dan menuju kursi
yang ada di area kebun di dalam rumah. Terlihat sekitar seratus kursi siap
untuk diduduki, namun baru terisi belum separuhnya. Sosok yang pertama
kali saya kenali duduk di sana adalah Jimmy (Gideon) yang terlihat (maaf)
mulai menua, namun terlihat murah senyum & kita sempat sedikit ngobrol.
Saya & Iqbal meletakkan tas (maklum pulang kerja) dan tidak lama kami
mengambil semangkuk es; sambil menunggu acara pengajian yang belum
dimulai.

Tidak lama es di mangkuk habis, 'mc politik' (demikian seorang bapak
menyebut dirinya) membuka acara pengajian bulanan & memperkenalkan
penceramah serta tuan rumah. Penceramah kali ini bernama (Ustadz)
Muhammad Mauritz(?) atau yang bernama asli/awal Liem Kiem Bie.
Sayangnya saya lupa nama pesantren atau tempat beliau mengajar sehari".
Oh ya, tuan rumah acara ini (kebetulan) Ketua Umum Partai Amanat
Nasional (PAN), Mas Tris - Soetrisno Bachir.

Topik pengajian yang kali ini memasuki bulan ke-4: "Hidup Adalah Perbuatan
dari sudut pandang spiritual". Ustadz Mauritz menjelaskan secara sederhana
dan rasanya sejalan dengan pemahaman saya selama ini bahwa hidup kita
sangat bergantung dari perbuatan kita sepanjang hayat.

Kebenaran & kebaikan yang kita lakukan akan memberi nilai yang sesuai
pada kita. Atau dalam bahasa agama, yang menemani kita kelak di alam
nanti (alam kubur atau barzakh s/d akhirat) bukanlah pasangan hidup,
anak", harta maupun kawan" selama hidup.. namun amal/perbuatan
baik & ibadah kita..

Semua 'teman' yang disebutkan di atas (kecuali perbuatan" kita) paling
jauh hanya menemani dan mengantarkan kita sampai di tepi liang lahat.
Setelah penguburan (kecuali untuk yang setelah meninggal lantas dibakar
atau metode 'penguburan' lainnya), mereka semua akan kembali menjalani
tempat & hidup masing".. :-p

AFAIK, dari sinilah, Hidup Adalah Perbuatan memiliki makna yang dalam
dan relevan dengan segala tindakan dan tingkah laku kita sebagai manusia.
Bukan lewat penyikapan yang meremehkan bahkan 'menghina', dengan
mempertanyakan, perbuatan apa yang dimaksud, dsb.. Seolah yang menyikapi
dengan cara tersebut seperti orang (maaf, berpura") bodoh.. dan mengajak
orang lain untuk (tetap) bodoh juga.. Istilahnya, sesat dan menyesatkan..

Yang paling berkesan bagi saya dari tauziah tersebut adalah saat ustadz
menyampaikan soal dari mana kita berasal. Biasanya kalau kita ditanya
dari mana asalnya, kebanyakan kita akan menjawab dari daerah x atau
kota y dsb. Jawaban yang tidak salah juga, namun ada 'kekeliruan' kecil
yang berdampak pada persiapan kita menuju 'pulang kampung', misalnya.

Ambil contoh, ustadz Mauritz bilang kalau misalnya dia menjawab dari
Medan atau nama kota lain, maka persiapan dia hanya sebatas biaya
perjalanan ke sana plus bekal (dan mungkin oleh"). Berbeda misalnya,
kalau jawabannya dari kampung akhirat, terbayang berapa ongkos dan
bekal yang harus kita persiapkan.. Astaghfirulla hal adziem.. :-(

Setelah tauziah selama lebih kurang 1 jam, menjelang akhir acara,
ustadz Mauritz memberi kesempatan kepada Mas Tris menceritakan
pengalaman"nya selama ini. Bagaimana soal pentingnya (saling)
membantu, senang membantu orang lain berhasil, tentu sepanjang
dalam kebenaran dan kebaikan.. bagaimana keihlasan keluarga dalam
mendukung kiprahnya di partai.. yang menyita banyak waktu, tenaga
termasuk dana.. :-p

Karena (logikanya) tanpa keberhasilan meyakinkan dan dukungan dari
keluarga (besar), seseorang akan sulit untuk berhasil dalam segala
aktifitasnya di luar. Seseorang harus berhasil memimpin di dalam
lingkungan keluarganya terlebih dahulu sebelum beraktifitas di luar
rumah tangganya.

Saya minta maaf karena belum mahir menceritakan tauziah(?) dalam
pengajian semalam. Mudah"an paparan di atas sedikit menggambarkan
berlangsungnya acara tersebut. Secara pribadi, saya tidak kapok kalau
ada acara semacam itu lagi.. Ada yang mau ikutan hadir di bulan"
mendatang? Insya Allah, semua yang kita lakukan ada hikmah/
ganjarannya.. perbuatan" yang baik, maupun yang selainnya.. :D

Wallahu a'lam..

-------

Selesai tauziah dari Ustadz Mauritz, selanjutnya adalah sesi 'ramah-tamah'
alias acara makan".. :-p Yang hadir di sana mulai mendatangi meja
prasmanan dan mengambil hidangan yang tersedia. Dari tahu pong &
bumbu kacang, lontong sayur, kentang goreng pedas, telur rebus, soto
(sorry saya gak nyobain yang ini jadi gak tahu itu soto ayam atau yang lain)..

Ada juga 'es mutiara' (mirip pacar cina), sirup dan air kemasan (gak perlu
disebut merknya).. ada juga kue" (gak tahu namanya) yang dapat
diberikan keju, gula halus (yang untuk donat), selai strawberi dan coklat cair..
Maksud hati mau mencoba banyak, ternyata setelah mencoba tahu pong
& telur rebus dan kue, perut sudah kenyang..

Lagipula, yang lebih menarik adalah kesempatan berbincang" & berfoto
bersama para caleg PAN untuk DPR RI (yang kebetulan) dari kalangan
artis (hehehe norse, biar dipasang di friendster atau blog).. sebut saja
Ikang Fawzi, Dery Drajat, Adrian Maulana, Tito Sumarsono.. termasuk
pengurus DPP PAN, misalnya Mas Teguh Juwarno.

Soal berbincang" dengan Mas Tris, sudah kami lakukan sebelum acara
berlangsung.. termasuk memperkenalkan diri dari milis PAN. Dan pada
prinsipnya beliau mengapresiasi keberadaan milis PAN. Malah beliau
katakan dalam waktu dekat rencananya akan meluncurkan situs dan
bentuk kampanye lain yang diharapkan dapat lebih mendukung
langkah dan kerja PAN selama ini & ke depannya.

Begitu pula kalangan caleg yang disebut di atas, menunjukkan antusiasme
atas kiprah para PANers di dunia cyber selama ini. Terlebih dengan mulai
maraknya 'negatif campaign' terhadap kehadiran artis" caleg PAN, yang
disebut beberapa kalangan sebagai hal negatif bahkan 'pembodohan'..
Alhamdulillah, dengan segenap daya yang ada, 'negatif campaign'
tersebut kami bendung.

Padahal artis yang menjadi caleg PAN hanya sekitar 25 dari 600-an caleg.
Atau kurang dari 5%. Ada semacam ketakutan yang berlebihan dari
kalangan luar/pesaing(?).. Selain itu, kenyataannya, para caleg PAN dari
kalangan artis mendapat persiapan yang sangat baik, yakni mereka
mendapat pengarahan dan pelatihan yang memadai. Sehingga mereka
bukanlah semata" mengandalkan popularitas, tetapi juga siap membawa
tanggung jawab sebagai wakil rakyat.

Selesai berbincang & berfoto", tiba saatnya pulang.. karena waktu sudah
lebih dari pukul 22:15.. Sementara besok harus masuk kerja toh..
Dan (gak aneh sih), malam itu pulang ke rumah tidak terasa melelahkan..
rasanya lebih segar dibanding pulang kerja sebelumnya..

Alhamdulillah, ada pengalaman baru yang rasanya cukup berharga bagi
saya pribadi.. Pengalaman memasuki lingkungan puncak parpol..
yang mudah"an membawa perbaikan bagi bangsa bukan sekedar
perubahan.. slogan yang sudah menjadi sesuatu yang terlalu umum
diucapkan berbagai kandidat & parpol. Semangat perbaikan sendiri
sudah saya sampaikan/ingatkan kepada Mas Tris dan beliau
menyampaikan terima kasih atas masukan tersebut.

Alhamdulillah, ya Allah.. tolong jadikan kami ini makhluq yang senantiasa
bersyukur & bermanfaat bagi masyarakat..
Akhirnya, hanya kepada Allah,
kita berlindung dan memohon pertolonganNya dari segenap cobaan
& tantangan hidup.. Amien..

CMIIW..

Wassalam,

Irwan.K
"Better team works could lead us to better results"

Rabu, Juli 09, 2008

Memilih tetap lebih baik dari Golput

[Opini ini pertama kali ditulis pada: 08 Juli 2008]
[Opini ini direvisi pada: 09 Juli 2008]

Di bawah ini adalah salah satu diskusi di milis Mediacare & Nasional list
dan diedit lagi setelah semalam berhasil masuk dalam sesi interaksi
di acara Apa Kabar Indonesia - Malam di TV One.

Semoga bermanfaat.

---------- Forwarded message ----------
From: IrwanK
Date: 2008/7/8
Subject: Re: Wajar, Ibu Mega Resah Kalau Banyak Golput
To: mediacare@yahoogroups.com
Cc: National


Seorang teman yang 'pendiam' pernah bilang.. orang yang banyak bicara
memang bisa salah omong.. tapi orang yang pendiam (jarang bicara) jauh
lebih beresiko salah..

Karena kalau yang banyak bicara anggaplah 1-2x salah dari 10x omong -
berarti sekitar 10-20% resiko salahnya.. sementara yang pendiam yang
hanya 2-3x bicara resiko salahnya bisa mencapai 50% resiko salahnya..
apalagi kalau cuma (se)sekali bicara terus salah.. jadi 100% tuh.. :-)

Jadi jangan takut bicara lantang.. salah itu manusiawi.. yang tidak manusiawi
adalah mengharapkan manusia sebagai mahluq yang sempurna.. tanpa cacat..
atau didewa"kan, dianggap ratu adil oleh rakyat/publik.. seperti yang terjadi
selama ini di RI dan dibiarkan elit" tertentu.. karena menguntungkan mereka..
yang tanpa mitos tersebut, mereka tidak mendapat kemudahan/jabatan apa"..

Mari kita cerdaskan rakyat/publik.. agar tidak memilih penguasa (& para
pembantu"nya) yang bodoh (maupun yang pintar), tetapi membodohi rakyat..

Semoga yang mencerdaskan, membela kepentingan publik & tidak tunduk
kepada kepentingan asinglah, yang mendapat amanah & memimpin negeri
ini.. secepatnya.. mulai saat ini..

Amien..
CMIIW..

--------------
Iseng-iseng semalam saya menonton acara Apa Kabar Indonesia - Malam
di TvOne (08 Juli 2009, jam 9 malam). Pembawa acara (seperti biasa)
Tina Talisa kali ini ditemani Aria Bima (Fraksi PDIP) dan Bang Hadar.

Saya coba telepon ke TvOne dan sulit sekali. Setelah beberapa kali saya coba,
akhirnya diangkat juga.. Alhamdulillah, dari pihak TvOne bertanya siapa nama
dan apa komentarnya, saya menyebutkan nama dan isi paragraf I & II di atas..

Pihak TvOne menyatakan, apakah saya mau menunggu atau diputus dulu
hubungan teleponnya dan dihubungi balik, saya katakan, saya mau dihubungi
balik. Beberapa menit sebelum dialog diteruskan, saya dihubungi balik oleh
TvOne.

Sewaktu saya sampaikan komentar tersebut, awalnya Tina bertanya, maksud
saya apa, saya tambahkan
kesimpulan: bahwa saat ini elit & aleg pdip pontang
panting membela dan mencari pembenaran atas 'ucapan' Ibu Megawati..
Aira Bima (jelas) tidak menerima dan awalnya Bang Hadar seperti tidak
menanggapinya..

Singkat cerita, sepanjang dialog, Aria Bima mengulang" soal memilih adalah
kewajiban karena dikaitkan (sejalan) dengan pernyataan Ibu Megawati yang
kira" berbunyi: 'mereka yang golput tidak pantas menjadi wni'.. dan ini
disampaikan Ibu Megawati dengan cara 'berapi-api'.. mungkin hendak meniru
bapaknya.. Bung Karno..

Dalam hal ini Bang Hadar menyatakan ketidak-setujuannya (termasuk Tina
sendiri) bahwa memilih adalah hak dan bukan kewajiban.. FYI, saya termasuk
orang yang sepakat bahwa memilih adalah hak.. Dan menjelang akhir dialog,
saya menangkap kesan Bang Hadar menyatakan sikap yang ditunjukkan Ibu
Megawati tersebut kurang/tidak tepat. Yang lebih tepat adalah bagaimana
pihak parpol, caleg & capres meyakinkan rakyat untuk memilih.. bukan golput.

Inilah jalan terjal dan berat yang harus dijalani oleh para politikus kita..
bukannya menuding pihak tertentu tidak pantas begini begitu.. seperti yang
kita lihat belum lama ini..

Memilih (dengan benar) tetap lebih baik dibanding golput.
Mari kita memilih dengan/yang benar..
CMIIW..

--
Wassalam,

Irwan.K
Jakarta, Indonesia
http://irwank.blogspot.com/

---------
2008/7/8 A.Supardi <a.supardi@chello.nl>:

Rakyat Merdeka, Selasa, 08 Juli 2008, 01:09:01
Wajar, Ibu Mega Resah Kalau Banyak Golput

Tjahjo Kumolo
, Ketua Bappilu PDIP


Tanggapi Kritikan Terhadap Megawati Soal Golput

Pernyataan Megawati Soe­kar­­no­putri yang me­ngatakan, pe­milih golput itu bu­kan warga ne­gara Indonesia me­nuai kecaman. Me­nurut be­berapa pengamat, dengan me­nga­takan hal itu, orang nomor satu di PDIP tersebut dinilai te­lah menindas rakyat. Bagaimana tang­gapan Ketua DPP PDIP Tjahjo Kumolo atas kritikan ter­ha­dap bosnya itu? Berikut pen­je­la­san Tjahjo Kumolo yang juga Ketua Bappilu PDIP kepada Rakyat Merdeka di Jakarta, ke­marin.

PERNYATAAN Megawati bahwa golput bukan WNI di beberapa me­dia dinilai tidak wajar. Ba­gai­mana pendapat Anda?
Saya ingin meluruskan berita itu. Alur pikiran ibu Mega itu bah­wa setiap warga negara mem­pu­nyai hak untuk memilih dan dipilih dalam setiap pilkada, pe­milu, dan pilpres.

Setiap WN juga mempunyai hak dan kewajiban untuk meng­gunakan hak pilihnya secara be­bas. Dalam UU juga tidak diatur pe­­­ngertian bahwa setiap WN bo­leh golput. Jadi, dalam konteks ini Ibu Me­ga­ sebagai ketua umum partai dan jurkam dalam pilkada wajar me­nyam­paikan pernyataan me­nga­jak setiap WN yang mem­pu­nyai hak pilih untuk meng­gu­nak­an hak pilihnya. Ini juga sebagai ba­gian dari pendidikan politik ke­pada rakyat di alam demokrasi sa­at ini.

Memangnya kalau golput ke­napa?
Kalau golput itu berarti tidak ikut bertanggung jawab dalam pro­ses pengambilan keputusan pe­merintahan.

Apakah Mega khawatir kon­sti­tuennya tidak memilihnya lagi?
Dengan banyaknya golput wajarlah ibu Mega merasa resah. Se­tidaknya, itu ajakan agar warga ne­gara menggunakan hak pi­lih­nya baik di pilkada maupun pil­pres.

Atau ini karena adanya se­ru­an dari Gus Dur?
(Tidak dijawab, diam dan ha­nya tersenyum).

Tidak khawatir pernyataan itu nan­ti dinilai sebagai upaya men­curi start kampanye?
Sebagai jurkam pilkada dan ke­tua umum partai, Ibu Mega mem­punyai hak berkampanye me­ne­mui konstituen dan dalam rangka pendidikan politik bagi para ka­der anggota simpatisan PDIP. Sa­­ya kira itu ti­dak bisa di­ka­ta­kan men­curi start (kampanye).

Karena per­nyataannya ter­­­se­but Mega di­nilai telah menindas ra­kyat. Bagai­mana menurut Anda?
Saya pikir itu tidak benar Ibu Me­ga dikatakan menindas hak rakyat. Semua itu akhirnya akan ter­pulang kepada masyarakat yang punya hak pilih. Apa yang dilakukan Ibu Mega tak lebih hanya sekadar mengajak ma­syarakat untuk menggunakan hak dan kewajibannya agar ikut ter­libat dalam proses pe­ngam­bilan keputusan siapa yang layak me­mim­pin daerah atau negara ini. edy

----- Original Message -----
Sent: Monday, July 07, 2008 4:24 PM
Subject: [mediacare] Ibu Mega Yth..."Golput adalah hak rakyat lho..."

Ibu Mega Yth, (mudah-mudahan sampai surat saya ini kepada beliau)

Membaca tulisan ttg Ibu Mega di kompas.comhttp://www.kompas.com/read/xml/2008/07/05/21241680/megawati.golput.tak.boleh.jadi.wni) membuat hati nurani saya mendung, karena tokoh yang begitu saya kagumi, banggakan dan sangat saya hargai bisa menelurkan kata-kata yang sepantasnya tidak dikeluarkan oleh tokoh demokrasi: "Golput tak Boleh Jadi WNI" Saya kira golput juga adalah merupakan hak rakyat. Rakyat berhak untuk golput dan itu menjadi pilihan rakyat ketika penguasa, parpol, dan lembaga Negara tidak bisa memberikan prospek kesejahteraan yang nyata bagi rakyat. Pernyataan itu mengingatkan saya kepada pernyataan resmi yang dikeluarkan oleh diktator macam Robert Mugabe, Aleksandr Lukashenko atau Kim Jong-il. Golput sebenarnya adalah bagian dari pendidikan rakyat terhadap penguasa supaya sadar dan mencari kekurangan yang membuat mengapa rakyat menjadi Golput. Justru dengan tingginya angka golongan putih (golput) dalam pemilihan umum pertanda mekanisme demokrasi kian efektif di Indonesia. Rakyat menghukum pemimpin yang dianggap lalai dan gagal melaksanakan visi dan misi mereka untuk menyejahterakan rakyat. Perlu kita ingat dan simak bersama bahwa proses transisi politik di indonesia memiliki tipikal tersendiri berbeda dengan proses demokratisasi di negara lain, kekuatan politik lama sama sekali tidak di likuidasi. Kenyataan ini menunjukkan bahwa kekuatan lama yakni sisa-sisa kekuatan Orde baru masih terus mewarnai proses politik di Indonesia paska reformasi, dan dalam pemilu 2004 Golkar kembali jadi partai pemenang pemilu meskipun perolehan suaranya menurun. Rejim –rejim yang berkuasa paska reformasi, gagal menyelesaikan persoalan-persoalan mendesak seperti; Pengadilan Soeharto, kesejahteraan, pelanggaran HAM, dan terutama pemulihan ekonomi. Begitu lho Ibu Mega....itulah risiko demokrasi. (

salam Merdeka!

Teddy Sunardi


Mafia Minyak Gerilya Macetkan Angket

Di bawah ini salah satu diskusi di milis PAN.
Semoga bermanfaat.

---------- Pesan terusan ----------
Dari: IrwanK <irwank2k6@gmail.com>
Tanggal: 9 Juli 2008 16:44
Subjek: Mafia Minyak Gerilya Macetkan Angket
Ke: pan <PAN@yahoogroups.com>

Quote:

"..
Hal senada disampaikan anggota Fraksi PKS Tamsil Linrung. "Anggota PKS
yang masuk angket itu sebaiknya menarik diri. Daripada ada Panitia Angket-nya,
tapi tidak bekerja apa-apa. Seperti ada yang mengulur-ngulur," kata Tamsil.
.."

Dear Rekans,

Ini tantangan bagi Ketua & Tim Pansus Hak Angket BBM untuk membuktikan
keberpihakan yang benar&sungguh" kepada kepentingan rakyat.
Bismillah, semoga hak angket ini (dan hak" dpr selanjutnya) berhasil
membela kepentingan publik/rakyat banyak..

Maju & Sukses untuk PAN (& rakyat)..
Amien..

Wassalam,

Irwan.K
http://irwank.blogspot.com

-----------

Rabu, 09 Juli 2008 00:05 WIB
HAK KONSTITUSI
Mafia Minyak Gerilya Macetkan Angket

JAKARTA (MI): Nasib pemilihan pimpinan Panitia Angket BBM untuk
menyelidiki penaikan harga bahan bakar minyak (BBM) sejak ditunda
Jumat (4/7) makin tidak jelas. Ketidakjelasan itu diduga karena mafia
minyak melakukan gerilya ke sejumlah fraksi di DPR.
Sinyalemen itu disampaikan Ketua Fraksi Kebangkitan Bangsa DPR RI
Effendi Choirie ketika dihubungi Media Indonesia, tadi malam.
''Indikasi gerilya mafia minyak sudah kelihatan. Pertama, dua fraksi
meminta penundaan pemilihan pimpinan Panitia Angket, Jumat lalu.
Kedua, ada beberapa statement petinggi fraksi yang tampak membonsai
pergerakan Panitia Angket,'' kata Effendi.
Jika pekan ini belum juga terpilih pimpinan Panitia Angket, lanjutnya,
F-KB akan melayangkan surat ke pimpinan DPR. ''Alasan F-PG pemilihan
pimpinan Panitia Angket harus dihadiri Ketua DPR Agung Laksono mengada-
ada. Pimpinan DPR itu kolektif, tidak terpusat kepada ketua,''
ujarnya.
Intinya, kata Effendi, pimpinan Panitia Angket harus segera terpilih.
''Malu sama rakyat,'' tegasnya. Ia pun mengatakan F-KB sudah
menyiapkan daftar nama yang akan dipanggil. Yakni mantan mentamben
sejak Orde Baru lahir. Kedua, mantan Dirut Pertamina. Ketiga, pakar
perminyakan. Keempat, mafia perminyakan. ''Sejak sidang paripurna
menyetujui hak angket, kami sudah mendapat sejumlah nama yang diduga
terlibat mafia perminyakan,'' ungkapnya.
Hal senada disampaikan anggota Fraksi PKS Tamsil Linrung. "Anggota PKS
yang masuk angket itu sebaiknya menarik diri. Daripada ada Panitia
Angket-nya, tapi tidak bekerja apa-apa. Seperti ada yang mengulur-
ngulur," kata Tamsil.
Meski mendukung hak angket saat voting, PPP mendukung F-PG memimpin
kepanitiaan angket. "Ini sesuai dengan asas representasi dan
proporsional. Kemudian wakil pimpinan Panitia Angket BBM tersebut
diambil dari fraksi yang memperoleh (kursi) sesuai urutan besarnya,"
kata Ketua DPP PPP Endin AJ Soefihara. (Far/X-4)

sumber : media indonesia

Siasat Negeri Singa

Di bawah ini salah satu diskusi di milis Koran Digital.
Semoga bermanfaat.

---------- Pesan terusan ----------
Dari: IrwanK <irwank2k6@gmail.com>
Tanggal: 9 Juli 2008 15:31
Subjek: Re: Siasat Negeri Singa
Ke: koran-digital@googlegroups.com

Quote:

"..
Bila Singapura membangun tiga waduk baru, dua pertiga keperluan air
minum mereka dalam tiga tahun akan terpenuhi. Masalahnya, Singapura
terkendala ruangan. Sejak merdeka pada 1965, luas negara itu baru
bertambah 10% berkat proyek reklamasi.
.."

Penambahkan luas negara itu diatur dalam hukum internasional/gak sih?
Ada yang bisa/mau berbagi info? :D

IMHO, Indonesia kalau dikelola secara sungguh-sungguh untuk kemakmuran
rakyatnya (RAKYAT INDONESIA), mustinya menjadi 'syurga' bagi semua WNI..
bukan menjadi 'neraka' bagi kebanyakan dan 'syurga' bagi sedikit orang saja..
termasuk pihak asing.. :-(

CMIIW..

Wassalam,

Irwan.K
http://irwank.blogspot.com

----
Pada 9 Juli 2008 15:22, Koran Digital <korandigital@gmail.com> menulis:


Rabu, 09 Juli 2008 12:08 WIB
Siasat Negeri Singa

KETERBATASAN air minum di Singapura merupakan salah satu masalah utama
negara kota tersebut.
Selama ini, menurut Badan Pekerjaan Umum (PUB), mereka mengatasi
problem tersebut dengan mengandalkan impor dari negara tetangga, yakni
Malaysia dan Indonesia.
Namun, ketegangan yang kerap terjadi di antara ketiga negara membuat
PUB harus mencari alternatif solusi.
Kepada Reuters, Direktur Utama PUB Khoo Teng Chye mengaku berencana
membangun infrastruktur air selama lima tahun mendatang senilai US
$1,47 miliar.
Rencana itu berdampingan dengan proyek reklamasi air senilai US$2,63
miliar yang bakal rampung awal tahun depan.
"Tujuan utama kami adalah memenuhi kebutuhan sendiri. Kini kami
memiliki kapasitas itu. Semuanya sudah berada di depan mata," cetus
Khoo.
Solusi pertama adalah pengolahan air limbah atau lebih dikenal dengan
sebutan NEWater. Menggunakan sinar ultraviolet dalam beberapa tahap,
air limbah mampu dimurnikan sehingga layak minum.
Sejauh ini, pemerintah Singapura memiliki tiga pabrik NEWater.
Perusahaan swasta Keppel Corp ikut mengelola sebuah pabrik dan
tambahan satu pabrik lainnya ditangani SembCorp Industries.
Melalui metode ini, pengolahan NEWater diperkirakan menanggung 30%
suplai air minum Singapura pada 2010.
"Pabrik NEWater tetap menjadi fokus utama dalam waktu dekat.
Pengolahan ulang adalah cara paling praktis dalam memecahkan masalah
air di banyak kota," ujar Khoo.
Metode kedua adalah desalinasi alias mengolah air laut menjadi air
tawar. Lantaran tergolong mahal, Singapura sejauh ini hanya memiliki
satu pabrik desalinasi yang dikelola perusahaan swasta Hyflux. Menurut
Khoo, nilai nominal untuk memproses air laut ke air tawar memang telah
turun drastis. Namun, tetap dua kali lebih mahal dibanding harga
NEWater.
"Jika ada teknologi baru yang membuat desalinasi mendekati harga
NEWater, kita akan meninjaunya," kilah Khoo.
Cara ketiga dan paling efektif adalah membangun waduk penampungan air.
Saat ini, Singapura memiliki 14 reservoir yang mampu menampung air
hujan setengah dari 700 kilometer persegi alias keseluruhan wilayah
negara.
Bila Singapura membangun tiga waduk baru, dua pertiga keperluan air
minum mereka dalam tiga tahun akan terpenuhi. Masalahnya, Singapura
terkendala ruangan. Sejak merdeka pada 1965, luas negara itu baru
bertambah 10% berkat proyek reklamasi.
Kendala itu dijawab PUB dengan membangun sebuah bendungan di dekat
Pantai Marina. Bendungan itu akan memisahkan air tawar dari air laut
sehingga bisa menjadi penampung hujan yang efektif.
Belum lagi potensi bisnis rekreasi yang menjanjikan. Jer

sumber : media indonesia



--
Wassalam,

Irwan.K
Jakarta, Indonesia
http://irwank.blogspot.com/

Sekjen PAN terpilih sebagai Ketua Pansus Hak Angket BBM (09 Juli 2008)

Di bawahini salah satu diskusi dari milis Forum Pembaca Kompas.
Semoga bermanfaat. :-)

---------- Pesan terusan ----------
Dari: IrwanK <irwank2k6@gmail.com>
Tanggal: 9 Juli 2008 15:57
Subjek: Re: Golkar vs PDIP di Pansus Angket BBM
Ke: Forum Kompas <Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com>

Dear Rekans,

Satu langkah sudah terlewati.. langkah tersulit(?) justru sudah menanti
di depan mata.. Selamat berjuang Pansus Hak Angket BBM.. Rakyat
mendukung dan menunggu hasil kerja anda sekalian..

(Semoga) Allah senantiasa meridhoi tindakan kita.. yang memperhatikan
kepentingan rakyat.. Amien..

CMIIW..

Wassalam,

Irwan.K
http://irwank.blogspot.com

--------
Muhammad Nur Hayid - detikNews

Jakarta - Setelah melaui proses yang cukup alot, rapat pemilihan ketua
dan pimpinan Pansus Angket BBM memilih Ketua FPAN Zulkifli Hasan
sebagai ketua. Zul terpilih melalui voting dengan perolehan suara
28 orang dan mengalahkan calon kuatnya dari FPDIP Bambang Wuryanto
yang hanya 17 orang.

"Dari hasil penghitungan suaranya, Zulkifli Hasan dapat 28 suara dan
Bambang Wuryanto 17 suara. Dengan demikian Zulkifli Hasan sah terpilih
sebagai ketua pansus angket BBM," kata ketua DPR yang memimpin sidang,
Agung Laksono di Gedung DPR Senayan, Jakarta, Rabu (9/7/2008).

Selain penetapan Zulkifli Hasan sebagai ketua pansus angket BBM, rapat
internal juga menetapkan 4 wakil ketua secara proporsional. Ke 4 wakil
tersebut adalah Azhar Ramli dari FPG, Bambang Wuryanto dari FPDIP,
Sutan Bhatoegana dari FPD dan Efiyardi Asda dari FPPP.

FKB sebagai pengusul inti hak angket justru tidak mendapatkan kursi
pimpinan karena perolehan kursinya di DPR no 6 setelah FPAN. Sementara
jumlah pimpinan angket sebagaimana yang diatur dalam tata tertib DPR
hanya bejumlah 5 orang dengan ketuanya.

Usai terpilih, semua anggota Pansus langsung memberikan selamat pada
Zulkifli Hasan termasuk ketua DPR Agung Laksono. Agung berharap Pansus
Angket BBM dapat bekerja profesional menyelesaikan carut marutnya
pengelolaan energi nasional.

"Selamat pada pak Zul dan unsur pimpinan lainnya. Semoga dapat bekerja
profesional sebagaimana yang diharapkan rakyat," pungkas Agung.

http://www.detiknews.com/read/2008/07/09/151314/969474/10/zulkifli-hasan-terpilih-jadi-ketua-pansus-angket-bbm

-------
Dari: Adyanto Aditomo <adyantoaditomo@yahoo.co.id>
Tanggal: 9 Juli 2008 15:42
Subjek: Balasan: Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Golkar vs PDIP di Pansus Angket BBM
Ke: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com


Lho baru tahu yang namanya Partai Politik !!!!!!!!
Bagi mereka tidak ada perjanjian yang abadi, tapi kepentingan yang abadi.
Yang diajarkan oleh Partai Politik di Indonesia kepada Rakyat antara lain:
Tujuan Menghalalkan Cara.

Jika cara yang ditempuh mencapai Tujuan ternyata halal, ya itu lebih baik.
Tetapi bila cara yang ditempuh ternyata haram, ya apa boleh buat, yang
penting Tujuannya tercapai.

Tidak ada keteladanan sama sekali.
Jadi ya gak heran kalau nasib bangsa ini makin terpuruk.

---------- Pesan terusan ----------
Dari: IrwanK <irwank2k6@gmail.com>
Tanggal: 9 Juli 2008 15:01
Subjek: Re: Golkar vs PDIP di Pansus Angket BBM


Dear Rekans,

Seberapa besar sih peran & wewenang ketua pansus? Ada yang bisa/mau
berbagi info? :-)

AFAIK, yang jadi sandungan bukan cuma posisi ketua, tetapi komposisi
(banyaknya) anggota dari fraksi yang jelas" menolak hak angket..

IMHO, itu namanya politik gak tahu malu.. Ironi machiavellis? :-|

CMIIW..

Wassalam,

Irwan.K

Pada 9 Juli 2008 14:31, uge basar <ugebasar@yahoo.com> menulis:

Saya heran dan bingung, partai/orang yang tidak mendukung Hak Angket koq ikut jadi panitia Pansus, apa tidak menghambat nantinya? mungkin ada yang tahu?

Salam,

UAR

--- On Wed, 7/9/08, Agus Hamonangan <agushamonangan@yahoo.co.id> wrote:
Subject: [Forum Pembaca KOMPAS] Golkar vs PDIP di Pansus Angket BBM
Date: Wednesday, July 9, 2008, 2:20 PM
http://www.kompas.com/read/xml/2008/07/09/1412553/golkar.vs. pdip.di.pansus.angket.bbm

JAKARTA, RABU - Empat puluh delapan anggota Pansus Angket BBM melakukan voting secara terbuka untuk menentukan formasi pimpinan Pansus Angket BBM.

Opsi pertama, dengan komposisi Fraksi Golkar, PDIP, Demokrat, PPP dan PAN akhirnya mendapat suara terbanyak.Sebanyak 31 orang memilih opsi pertama, berasal dari Fraksi PDS (1 orang), BPD (1 orang), PKS (3 orang), Demokrat (5 orang), PPP (5 orang), PAN (4 orang) dan Golkar (12 orang).

Opsi kedua, didukung oleh 17 orang anggota, yang berasal dari Fraksi PBR (1 orang), PKB (5 orang), PAN (1 orang) dan PDIP (10
orang).Setelah ditetapkan opsi pertama yang menjadi pilihan,
masing-masing fraksi mengajukan calonnya.

Lima orang calon pimpinan tersebut adalah Ir. H. Azhar Romli (Golkar), Bambang Wuryanto (PDIP), Sutan Bhatoegana (Demokrat), Zulkifli Hasan (PAN), dan Efiardi Asda (PPP).

Dari kelima orang ini, ketua akan dipilih melalui mekanisme pemungutan suara. Masing-masing anggota menuliskan satu nama calon yang akan menjadi ketua. Suara terbanyak akan ditetapkan menjadi ketua pansus. (ING)

ROY


--
Wassalam,

Irwan.K
Jakarta, Indonesia
http://irwank.blogspot.com/


--
Wassalam,

Irwan.K
Jakarta, Indonesia
http://irwank.blogspot.com/


--
Wassalam,

Irwan.K
Jakarta, Indonesia
http://irwank.blogspot.com/

Kita perlu extra hati-hati dalam menyikapi suatu info - Was: Re: Gunung Es Korupsi di Parlemen

Quote:
".
Namun, akhir akhir ini, timbul pemakaian kata "jamaah" dalam konteks
yang agak seram, "Jemaah Islamyah" misalnya dalam konteks tersangka
teroris ditangkapi oleh Densus 88.
.."

Bang Farid maaf saya pinjam postingan anda untuk mereply postingan dari
Eyang Danarndono.. Intinya, untuk persoalan terorisme, kata jamaah, kita
juga musti extra hati".. jangan sampai hanya termakan penyebaran info
dari satu pihak saja.. yang belum tentu cover both/all side.. :-)

CMIIW..

Wassalam,

Irwan.K

---------- Pesan terusan ----------
Dari: Farid Gaban <faridgaban@yahoo.com>
Tanggal: 9 Juli 2008 10:56
Subjek: Jemaah Islamiyah, FPI dan Fakhrudin Halim

Teman-teman,

Di tengah perdebatan Milis Jurnalisme soal kebrutalan FPI di Monas
beberapa waktu lalu, Sdr. Fakhrudin Halim mengirim posting lama saya dalam kaitan berita-berita terorisme Jemaah Islamiyah.

Saya tidak tahu persis apa maksudnya, tapi sejauh bisa saya tafsirkan, posting Fakhruddin itu mengandung pertanyaan seperti ini:

Mengapa saya, yang begitu gigih mempertanyakan kinerja polisi dalam kasus Jemaah Islamiyah, bisa menerima begitu saja fakta kekerasan yang dilakukan FPI di Monas?

Mengapa saya bersikap berbeda dalam kasus Jemaah Islamiyah dan dalam kasus FPI"

Hari-hari ini isu teror Jemaah Islamiyah kembali marak di media kita menyusul "temuan" bom di Palembang oleh Densus 88 beberapa waktu lalu.

Sehingga ada baiknya kita lihat kembali perbandingan antara dua kasus ini serta bagaimana saya sebagai wartawan dan seorang Muslim memandang masalah tersebut.

Pertama-tama, saya pribadi tidak setuju pandangan keislaman dan watak gerakan FPI maupun Jemaah Islamiyah (jika ada). Bagi saya, mereka bukan pejuang Islam.

Luthfi Assyaukanie dari Jaringan Islam Liberal keliru besar ketika dia menulis "Islam benar dan Islam Salah" seraya mengkritik orang seperti saya yang disebutnya sebagai "pembela teroris". Khususnya dalam kasus penangkapan Abu Dujana beberapa waktu lalu.

Ironis bahwa orang yang mengaku liberal seperti Luthfi memakai dalil agama untuk mengajak kita percaya hanya pada versi polisi tentang sebuah kejahatan, yang secara tak langsung memberikan cek kosong pada polisi untuk berbuat semau-maunya.

Saya tidak membela dan tidak memberi pembenaran kepada kekerasan yang dilakukan Jemaah Islamiyah (jika ada). Saya hanya mempertanyakan kinerja polisi, dan mengkritik media yang cenderung hanya mengutip sumber polisi.

[Saya bisa memahami bentuk dan alasan pemakaian kekerasan oleh Hamas di Palestina atau Hizbullah di Lebanon; tapi tidak Jemaah Islamiyah di Indonesia ketika iklim politik pasca-reformasi justru memberi peluang orang Islam untuk menyuarakan aspirasinya secara terbuka. Apalagi kekerasan ala FPI belakangan ini.]

Kata "jika ada Jemaah Islamiyah" perlu ditekankan karena berbeda dengan FPI yang terang-terangan mengakui watak kekerasannya, struktur organisasi dan pengurus Jemaah Islamiyah tidak pernah jelas terungkap sejauh ini. Sebagian besar informasi yang kita terima tentang organisasi ini berasal dari polisi, bukan dari tokoh-tokohnya sendiri.

Saya tetap punya pandangan yang sama dalam kasus "temuan bom" di Palembang yang diklaim polisi sebagai milik jaringan Jemaah Islamiyah.
Banyak media, menurut saya, tetap belum berubah dari pola lama yang cenderung membebek pada apa kata polisi.

Kekerasan Jemaah Islamiyah (jika ada) memang layak dikutuk. "Terorisme Jemaah Islamiyah" telah merugikan negeri kita dan kaum Muslim secara berlapis-lapis: korban nyawa, korban luka, penangkapan serampangan terhadap tersangka teroris, beban kesulitan ekonomi negara, serta citra Indonesia dan Islam yang terpuruk habis.

Tapi, sejauh bisa saya telusuri dalam kasus Jemaah Islamiyah, ada banyak indikasi yang membuat kita layak meragukan (reasonable doubt) klaim polisi. Kita bahkan layak untuk mencurigai skenario "war on terror" yang dimulai di Amerika.

Sebagian dari kita mungkin ada yang melihat film dokumenter bikinan BBC pada 2005: "The Power of Nightmares: The Rise of the Politics of Fear". Dalam film berdurasi tiga jam itu, Adam Curtis menyajikan sejumlah bukti bahwa apa yang kita terima sebagai fenomena terorisme internasional adalah "fantasi yang dilebih-lebihkan dan diselewengkan oleh para politisi" untuk membenarkan tindakan politik mereka.

"It is a dark illusion that has spread unquestioned through
governments around the world, the security services and the
international media."

Isu "war on terror" memiliki dampak sangat merugikan bagi Islam dan kaum Muslim. Isu itu membuat citra Islam nyaris identik dengan kekerasan. Itu sebabnya, media/wartawan semestinya berhati-hati ketika meliput kasus ini. Kaum Muslim, di sisi lain, dituntut untuk terus-menerus menunjukkan, baik melalui kata maupun perbuatan, bahwa Islam adalah agama yang santun dan damai.

Kekerasan FPI di Ancol memiliki aspek yang sama sekali berbeda. Dari Rizieq Shihab hingga Munarman gegap-gempita dan terang-terangan memberikan pembenaran terhadap kekerasan yang dilakukannya. Kekerasan atas nama Islam.

Sebagai wartawan, saya tidak memiliki keraguan sama sekali atas fakta bahwa FPI telah melakukan kekerasan yang memalukan di Monas. Kekerasan ini tidak hanya diklaim oleh polisi (berbeda dari kasus Jemaah Islamiyah), tapi oleh tokoh-tokohnya sendiri lewat wawancara televisi yang demikian terbuka dan gamblang.

Sebagai muslim, saya mengutuk kekerasan itu, yang mempersulit kaum Muslim untuk memperbaiki citra Islam sebagai agama yang rahmatan lil
alamin.

salam,
fgaban



Pada 9 Juli 2008 09:37, RM Danardono HADINOTO <rm_danardono@yahoo.de> menulis:

--- In nasional-list@yahoogroups.com, IrwanK <irwank2k6@...> wrote:
>
> Saya kira penggunaan kata berjamaah di sini (ditempel dengan kata
> korupsi) harus dikoreksi dan sebaiknya digantikan dengan kata lain,
> misalnya: bersama-sama atau bergerombol. Karena kata berjamaah
> sendiri adalah istilah dari Islam dengan makna positif.. penggunaan
> dalam konteks korupsi berkonotasi lain yang buruk..
disengaja/tidak..
>
> Selebihnya saya setuju" saja soal daftar/anti politisi busuk.. agar
rakyat/
> publik dapat memilih yang benar" membela kepentingan publik luas. :-
)
>
> Mudah"an media massa dan kita semua dapat segera menghentikan
> penempelan kata berjamaah dengan kata korupsi atau kejahatan
> lainnya..
>
> CMIIW..
>
> Wassalam,
>
> Irwan.K
> Jakarta, Indonesia
> http://irwank.blogspot.com
>

**** Mungkin, pada dasarnya, kata "jamaah" berkonotasi positif. Juga
umat Kristen menggunakan kata "jemaat" sebagai terjemahan
istilah "kongregasi". Kumpulan manusia seiman. Kumpulan manusia yang menjalankan ibadat. Misalnya Jemaat Advent. Jemaah Ahmadyah. Jemaah Ismailyah, dsb. Atau simply kumpulan orang dengan tujuan tertentu (yang terkait agama): jemaah haji.

Namun, akhir akhir ini, timbul pemakaian kata "jamaah" dalam konteks yang agak seram, "Jemaah Islamyah" misalnya dalam konteks tersangka teroris ditangkapi oleh Densus 88.

Namun, anda benar, bahwa sesungguhnya, suatu istilah yang bermakna baik, jangan dikotori ya dibebani dengan ulah, yang menggiring pendengar ke konnoptasi yang buruk.

DI/TII alias Darul Islam, gerombolan bersenjata yang mengacau
sepanjang tahun 50an, memberi konnotasi seram pada kata "Darul Islam" yang seharusnya bermakna positif.

Rezim Hitler juga memberikan konnotasi buruk pada istilah "nationalisme" yang di Eropa pasca PD II dirasakan sebagai "rasa egoisme kebangsaaan, yang merasa lebih unggul dari bangsa lain". Padahal, makna asli nasionalisme adalah simply "kesadaran berbangsa".

Salam linguistik

Danardono

Test posting opinion from email

Hello World..

--
Wassalam,

Irwan.K
Jakarta, Indonesia
http://irwank.blogspot.com/

Jumat, Juli 04, 2008

Bencana: Masyarakat selalu menjadi korban -- Objek pelengkap penderita

http://www.pintunet.com/lihat_opini.php?pg=2002/02/11022002/7365

Ditulis di JAKARTA TIMUR, pada tanggal 11.02.2002 12:52
Bencana: Masyarakat selalu menjadi korban -- Objek pelengkap penderita

Dalam banyak kejadian bencana (baca: musibah), sering kita mendengar dan melihat banyaknya
tudingan kesalahan yang dilemparkan pada masyarakat umum (baca: rakyat). Beberapa contoh
diantaranya:

* Kegiatan ladang berpindah (penebangan dan pembukaan lahandengan membakar hutan) oleh
masyarakat; dituduh sebagai penyebab kebakaran dan longsornya hutan.
* Membuang sampah sembarangan (baca: ke kali); dituduh sebagai penyebab meluapnya sungai
yang berakibat banjir.

Memang, rasanya memang sulit menepis tuduhan (minimal pandangan yang menyalahkan)
kelakuan buruk sebagian masyarakat tersebut. Kalau mau jujur, sebenarnya (secara prosentase)
sumbangan kesalahan masyarakat itu masih di bawah apa yang dilakukan pihak penguasa dan
pengusaha. Sayangnya saya belum memiliki datapendukung (statistik) mengenai hal ini.

Namun yang saya sayangkan, seringkali dalam berbagai kesempatan (mis: dalam banyak acara perbincangan/talkshow), masyarakat menjadi sasaran empuk melempar kesalahan sebagai
penyebab berbagai kerusakan yang terjadi tersebut. Dan saya yakin mereka yang senantiasa
membelokkan kesalahan pada masyarakat pun, sebenarnya tidak bisa juga membuktikan bahwa
semua itu hanya merupakan 'sumbangan' masyarakat. Kecuali para penuduh itu memang sudah
tidak memiliki hati nurani lagi (minimal telah mati).

Maka dari itu, satu kata yang harus kita populerkan sekarang iniadalah: 'Jawab!!'. Jawab segala
tuduhan yang tidak beralasan yang senantiasa dituduhkan pada kita, masyarakat secara proporsional.
Masyarakat yang pada akhirnya selalu menjadi korban sekaligus disalahkan, karena dianggap tidak
akan pernah melawan; meski diberi perlakuan apapun. Dan jawaban yang diberikanpun bukan dengan
emosi atau semangat semata. Namun dengan argumentasi dan pembeberan fakta pendukung yang
dapat diterima umum.

Sebagai contoh dalam soal penebangan dan pembakaran hutan, mata dan hati nurani kita melihat
bahwa kerusakan (hutan) yanglebih besar justru dilakukan oleh mereka yang bermodal. Dari kalangan
yang mengantongi ijin apalagi yang ilegal. Begitu juga dengan masalah banjir, sumber penyebab banjir
yang lebih besar sebenarnya bukan pada perilaku membuang sampah sembarangan. Namun pada rusaknya
penataan ruang kota; istilah kerennya: 'Blue Print' Kota (khususnya Ibukota RI -- DKI Jakarta) tidak lagi
diindahkan.

Tidak ada lagi batas yang jelas antara pemukiman dan kompleks perumahan (maupun real estate), fasilitas
umum, pusat perbelanjaan, dan wilayah yang penting, yakni: daerah resapan air. Yang ada hanyalah
perijinan yang lancar (selancar duit mengalir) atas pelanggaran peruntukan wilayah (di masa lalu; hingga
sekarang?). Kondisi semacam ini jelas melibatkan beberapa pihak (tanpa perlu saya jelaskan lebih detil
lagi). ;-(

Tidak seperti Pemerintah yang dengan mudahnya membantah,Pengusaha yang memiliki banyak dana,
Masyarakat mungkin hanya bisa mengumpat; tatkala disalahkan oleh pihak-pihak tertentu sekedar untuk
mengalihkan perhatian sekaligus pembentukan opini publik. ;-(
Mungkin anda setuju atau tidak, yang jelas opini pribadi saya ini hanya berusaha mendudukkan persoalan
pada posisi yang sewajarnya.

CMIIW.

Wassalam.

Salah satu situs yang mewadahi konsumen Indonesia menyampaikan pendapatnya

Dear Rekans,

Tulisan di bawah saya tulis di tahun 2002. Saat ini banyaknya member jelas sudah meningkat.
Btw, saya sendiri baru sempat login lagi hari ini, setelah beberapa tahun idle di situs tersebut..
karena belakangan ini saya lebih banyak aktif di milis".. :-p

FYI, PintuNetters juga memiliki milis di yahoogroups yakni 'pintunet':

http://groups.yahoo.com/group/pintunet/

Kalau sempat, silahkan bergabung dan kita kuatkan posisi konsumen di negara ini. :D
Kalau tidak sempat, ya diusahakanlah.. :-p

Wassalam,

Irwan.K

----------
http://www.pintunet.com/lihat_opini.php?pg=2002/01/11012002/7937

Ditulis di JAKARTA TIMUR, pada tanggal 11.01.2002 11:13
PintuNet.com: Eksistensinya di mata Konsumen dan Produsen

Assalaamu 'alaikum wr, wb.

Pertama kali saya mendengar nama situs PintuNet.com ini dari acara yang membahas perkembangan
Teknologi Informasi (e-LifeStyle - yang di asuh Mas Roy Suryo) di stasiun televisi MetroTV; sayang
saya lupa tanggal persisnya acara tersebut. Sejak itu saya mulai tertarik untuk mencoba melihat/
masuk ke situs ini.Sebetulnya saya sudah berniat untuk mendaftar sebagai anggota PintuNet.com
(PintuNetters).

Namun karena kesibukan aktifitas pekerjaan sehari-hari, awalnya saya hanya melihat-lihat saja.
Saya baru bergabung menjadi anggota di PintuNet.com ini kira-kira di bulan Juni. Alhamdulillah,
tidak terasa, 11 Januari 2002 yang lalu sudah genap 7 bulan.Awalnya setelah saya mendapat
informasi singkat dari acara televisi tersebut, muncul gambaran di benak saya harapan yang
'muluk', bahwa situs ini akan menjadi pembela para konsumen.

Situs ini akan menempatkan dirinya sebagai salah satu 'ujung tombak' kepentingan para konsumen;
yang selama ini senantiasa dianggap hanya pasrah saja menerima apa yang dibuat/diberikan para
produsen (barang, jasa, hiburan, dll).Tapi nampaknya harapan semacam itu (minimal sampai saat
tulisan ini dibuat) masih cukup jauh dari kenyataan. Mungkin butuh waktu beberapa tahun lagi
menuju ke sana; apalagi bila keberadaan situs ini sendiri kurang diperkenalkan pada semua kalangan.

Saat ini kelihatannya PintuNet.com bisa dibilang masih terlalu 'elitis'; karena ia baru dikenal oleh
kalangan terbatas.Sebagai indikasinya dapat kita lihat dari banyaknya anggota (lewat link Komunitas
di halaman awal situs ini) yang ternyata masih berada di bawah level 1000-an.Ini jelas masih jauh
di bawah jumlah pengguna internet di Indonesia; belum lagi kalau kita bandingkan dengan banyaknya
penduduk di negara kita ini. ;-)

BTW, yang sudah berhasil dicapai situs PintuNet.com saat ini adalah menempatkan dirinya sebagai
wadah bagi orang-orang (para konsumen) 'curhat' menumpahkan unek-unek maupun kepuasan
mereka atas pengalaman menggunakan/mengenal suatu produk.Selain itu, situs PintuNet.com ini
juga memberi dan kesempatan dan dorongan yang luas bagi mereka yang ingin menyampaikan
pendapat (baik secara lisan maupun tulisan); namun selama ini belum mendapatkannya melalui
media-media yang sudah ada (mis: melalui acara talkshow di televisi dan radio maupun surat/
pojok pembaca di surat kabar dan majalah).

Meski begitu, dalam perjalanannya situs ini sendiri bukan tanpa halangan. Beberapa kejadian (silang
pendapat) yang menyangkut keberadaan situs dan para anggotanya, hendaknya menjadikan semua
pihak lebih terbuka dan saling mengerti. Tentu saja kalau semua pihak menginginkan suatu keadaan
yang lebih baik dan harapan akan adanya saluran keluhan dan saran dari para konsumen bagi produsen.

Sebagai penutup, mungkin ada baiknya keberadaan situs PintuNet.com ini di masa yang akan datang
dapat menjadi salah satu mitra OrNoP (Organisasi Non Pemerintah) / LSM (Lembaga Swadaya
Masyarakat) pembela para konsumen yang lain, yang sudah ada (mis: seperti YLKI (Yayasan Lembaga
Konsumen Indonesia) -- dengan segala kelebihan dan kekurangannya) dalam penegakan dan
pemasyarakatan (sosialisasi) UU yang berkenaan dengan Perlindungan hak-hak Konsumen secara
proporsional.

Malah kalau bisa PintuNet.com dan para anggotanya menjadi salah satu komunitas yang berhak mengaku/
mewakili para konsumen secara umum dan resmi (misalnya dalam 'Class Action' atas suatu permasalahan
mengenai hak-hak konsumen).

Bravo Konsumen Indonesia!..

CMIIW (Correct Me If I am Wrong).

Wassalaamu 'alaikum wr, wb.