[Opini ini direvisi pada: ]
Dari: Irwan K
Tanggal: 24 Februari 2012 16:39
Perihal: Re: Mau Tidak Mau, Harga BBM Harus Naik
Ke: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
http://www.esdm.go.id/berita/migas/40-migas/2155-patokan-harga-bbm-berdasarkan-mops-sudah-tepat.html
http://ermi-indonesia.org/2007/07/11/layakkah-mops-dijadikan-patokan-keekonomian-harga-bbm-di-indonesia/
"..
Penilaian harga minyak MOPS versus Argus Media
Penilaian harga MOPS berdasarkan transaksi yang terjadi di sistem window Platts.
Di mana seller dan buyer memasukkan volume untuk jenis minyak yang sesuai
spesifikasi Platts dan harga bid/offer. Sedangkan Argus Media menggunakan metode survei, testing, dan analisis untuk menentukan penilaian harga minyak.
Berdasarkan penelitian Argus Media Singapore terhadap penilaian harga MOPS akan selalu terjadi kenaikan harga apabila PT Pertamina akan melakukan pembelian minyak untuk memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri. Para supplier PT Pertamina yang akan sangat aktif dalam melakukan bidding untuk menaikkan harga transaksi.
Patokan harga keekonomian BBM yang berdasarkan penilaian harga MOPS akan membuat oknum tertentu bekerja sama untuk berperan aktif dalam menaikkan penilaian harga MOPS. Transaksi minyak yang terjadi di sistem window Platts sangatlah kecil. Transaksi yang terjadi di Platts hanya sekitar 5 transaksi per hari. Sistem window Platts yang tidak liquid akan membuat pembentukan harga yang diinginkan oknum tertentu dapat saja terjadi.
Metode Baru Harga Patokan BBM
Hal yang sangat penting dilakukan oleh Pemerintah adalah mengubah metode harga patokan BBM. Jangan hanya MOPS yang dijadikan patokan harga keekonomian BBM, tapi kombinasikan dengan penilaian harga minyak dari Argus Media. Tujuan dari kombinasi patokan harga keekonomian BBM ini untuk mengurangi harga keekonomian BBM. Kombinasi penilaian harga MOPS dan Argus Media telah terbukti dapat mengurangi penilaian harga minyak di Singapura.
Kombinasi yang digunakan untuk patokan harga keekonomian BBM adalah 50% MOPS dan 50% Argus Media. Metode seperti inilah yang telah digunakan di India,
Thailand, dan Philipina. Negara-negara tersebut merupakan negara-negara yang harus mengimpor BBM untuk memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri.
Jika hanya menjadikan MOPS sebagai satu-satunya patokan harga keekonomian BBM
untuk negara-negara pengimpor BBM sangatlah riskan dari terjadinya manipulasi harga yang akan dilakukan oleh oknum-oknum tertentu untuk menaikkan penilaian harga MOPS. Semoga metode baru ini dapat mengurangi beban subsidi BBM yang dapat mengurangi beban APBN.
.."
Dari link di atas dapat kita lihat bahwa:
1. Pengelola Negara RI hanya mengacu pada MOPS (Mean of Plats Singapore) sebagai
acuan harga internasional/keekonomian BBM dari LN.
2. Ternyata ada banyak acuan penilaian harga minyak di Asia (khususnya Singapura) selain MOPS. Salah satunya adalah Argus Media.
3. Pola penghitungan MOPS sangat terbuka potensi kecurangan/manipulasi. Bahkan setiap kali RI mau impor BBM, terjadi kenaikan harga yang pasti merugikan negara pengimpor - karena dasar perhitungannya yang berdasarkan volume/transaksi.
4. Beberapa negara (India, Thailand, Filipina) menerapkan penghitungan MOPS & Argus Media, terbukti menurunkan/kurangi harga acuan/keekonomian BBM mereka. Dampaknya pasti positif bagi rakyat mereka.
Kenapa RI tidak ambil langkah perbaikan tersebut? Hal ini ulah/untungkan siapa?
Belum lagi permainan calo ekspor minyak mentah RI dan impor BBM dari LN serta
markup sewa tanker oleh Pertamina.
Yang sudah pasti adalah merugikan rakyat karena selalu jadi alasan untuk menaikkan
harga BBM karena KE-TIDAK JUJUR-AN pengelola negara mengenai kesalahan penggunaan
acuan dan praktek percaloan tersebut. :-(
--
Wassalam,
Irwan.K
"Better team works could lead us to better results"
http://irwank.blogspot.com
fb/twitter/skype: irwank2k2
Pada 23 Februari 2012 10:09, KHARIRI
mohon ijin copas.
JAKARTA, KOMPAS.com - Pilihan menaikkan harga BBM bersubsidi tidak lepas dari situasi perekonomian dunia yang memburuk. Belum lagi krisis ekonomi di zona euro dapat diatasi, muncul ketegangan politik di Timur Tengah yang melibatkan Iran, Amerika Serikat, dan Eropa.
Langkah Iran yang menghentikan penjualan minyak ke sejumlah negara di Eropa membuat harga minyak mentah dunia naik. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam sidang kabinet paripurna di kantor presiden, Rabu (22/2/2012) pun mengisyaratkan kenaikan tersebut.
"(Harga) minyak mentah kita naik sangat cepat dalam beberapa minggu ini. Ini memberikan dampak luar biasa bagi perekonomian banyak negara, termasuk Indonesia," ucap Yudhoyono.
Pengamat ekonomi Chatib Basri menilai mau tidak mau pemerintah memang harus menaikkan harga BBM. Menurut Chatib, jika pemerintah tidak menurunkan subsidi BBM, antara lain dengan menaikkan harga jual BBM, defisit anggaran akan membengkak.
"Padahal, ada batas defisit kita sebesar 3 persen. Kalau pemerintah tak menurunkan anggaran subsidi, anggaran belanja harus dipotong," ujarnya.
Kondisi ini, menurut Chatib, akan membuat dorongan fiskal tidak ada bagi pertumbuhan. "Saya menyarankan naikkan harga BBM, alokasikan dananya bagi penduduk miskin. Jangan gunakan kebijakan pembatasan BBM karena jumlah yang dihemat sedikit," ujarnya.