Jumat, April 29, 2011

01. Baasyir, Bafana dan Intel - KONSPIRASI-INTELIJEN-GERAKAN-ISLAM-RADIKAL

01. Baasyir, Bafana dan Intel

Dari buku:

KONSPIRASI-INTELIJEN-GERAKAN-ISLAM-RADIKAL

Penyunting:
Umar Abduh

Desain Cover:
Noor Fajar

Cetakan I, Nopember 2003

Penerbit:
Center for Democracy and Social Justice Studies

WISMA HAROEN
Jalan Raya Pasar Minggu
Jakarta
ISBN 979-96534-2-8

[Opini ini pertama kali ditulis pada: 29 April 2011 15:40]
[Opini ini direvisi pada: ]


01
Baasyir, Bafana dan Intel
Kesaksian Faiz Abu Bakar Bafana melalui teleconference pada persidangan
Ba'asyir menegaskan, bahwa "Kami hadir bersama ustadz dalam sebuah
rapat dimana ustadz memerintahkan Mukhlas untuk membunuh
Megawati." Rapat itu dipimpin oleh Ba'asyir. Namun, Mukhlas tidak
bersedia karena merasa tidak mampu.

Dan hingga kini Megawati pun masih hidup, masih bisa jalan-jalan
ke mancanegara dengan uang rakyat, sementara itu rakyat banyak yang
bertambah miskin tidak mampu beli beras, terpaksa menjual diri, atau
bakar diri karena susah hidup.

Sayangnya Ba'asyir tidak menanggapi kesaksian Faiz Abu Bakar Bafana itu,
padahal banyak kelemahan di sana-sini. Mungkin sudah begitu aturan yang
digariskan tim pembela hukum Ba'asyir. Faiz Abu Bakar Bafana bertemu
Ba'asyir di Malaysia, ketika ustadz dalam pelarian dikejar-kejar setan
Orde Baru.

Benarkah Ba'asyir merupakan pimpinan JI (Jama'ah Islamiyah)?
Memang benar. Lihat posting ber-subject "Mengenai Jama'ah Islamiyah"
yang dimuat milis Sabili pada Friday, November 15, 2002 7:21 AM.

JI versi Ba'asyir (dan Sungkar) adalah pengajian biasa, bukan kelompok
teroris. JI pimpinan Ba'asyir sama sekali tidak punya format kekerasan,
tidak radikal. Sebagai kelompok pengajian biasa, mereka sama sekali
tidak ada upaya sterilisasi terhadap kemungkinan masuknya virus intel
seperti Faiz Abu Bakar Bafana.

Kira-kira, samalah Faiz Abu Bakar Bafana itu dengan Abdul Haris,
intel BIN yang disusupkan ke Majelis Mujahidin Indonesia.
Dulu, Republika mengabarkan, setelah Idul Fitri 1423 H sosok
Abdul Haris akan ditampilkan sebagai saksi (yang memberatkan) Ba'asyir.
Namun entah mengapa, rencana itu tidak jadi. Mungkin karena kedok
Abdul Haris sudah keburu dibuka oleh pers (lihat posting ber-subject
"Al-Farouq, Intelijen dan Abdul Haris (1/7)" yang dipublikasikan pada
Thursday, November 28, 2002 6:58 AM di milis Sabili).

Perlu diketahui, Abdul Haris sudah menjadi agen dan menyusup ke
berbagai gerakan Islam sejak badan intelijen masih bernama BAKIN
yang salah satu periode kepemimpinannya dijabat oleh ZA Maulani.
Faiz Abu Bakar Bafana sejak awal menampilkan kesan sebagai orang
pergerakan biasa (bukan intel), yang bergabung ke dalam lingkaran
Abdullah Sungkar + Abu Bakar Ba'asyir karena ghirah dan ukhuwah
(begitulah kesan yang ia bentuk sejak awal). Apalagi didukung oleh
sikap politik Mahathir yang menerima pelarian politik dari Indonesia.

Sikap Mahathir berubah setelah ia bermusuhan dengan Anwar Ibrahim
dan merasa terancam kedudukannya. Mulailah Faiz Abu Bakar Bafana
menjadi antek Mahathir, yang selanjutnya secara lebih intensif
menjadi planted agent di lingkaran Abdullah Sungkar + Abu Bakar
Ba'asyir.

Format JI AS+ABB tetap non radikal. Tidak ada kaitan dengan Hambali
maupun Imam Samudera dll. Hambali memang pernah menjadi bagian dari
JI AS+ABB sebelum akhirnya pecah tahun 1999. Karena group ABB
non radikal, Hambali melepaskan diri. JI yang radikal selain kelompok
Hambali adalah kelompok Abu Rushdan. Hambali sudah mati. Abu Rushdan
sudah ditangkap.

Mengenai Hambali, lihat posting ber-subject "Antara Ba'asyir dan
Hambali" yang dipublikasikan pada Wednesday, October 30, 2002 9:54 AM
di milis Sabili, juga posting dengan subject sama yang dipublikasikan
pada Thursday, October 31, 2002 7:47 AM di milis yang sama.
Kelompok Abu Rushdan tidak terlibat kasus Bali. Mereka radikal di Poso,
Ambon dan Filipina, untuk membela kaum Muslimin yang teraniaya.
Abu Rushdan ditangkap, meski tidak terlibat kasus Bali, karena ia
pernah melindungi Sarjio (peracik amunisi kasus peledakan Bali,
yang digunakan oleh kelompok Imam Samudera).

Sarjio adalah salah seorang pelaku kasus Bali, yang pada saat dalam
pelarian mendapat perlindungan dari Abu Rushdan. Abu Rushdan punya
atasan bernama Abu Fatih yang hingga kini masih bebas (belum
tertangkap). Namun demikian, Abu Rushdan menjadi motor penggerak
dan policy maker bagi kelompoknya.

Hambali selain berstatus sebagai WNI juga warga negara Malaysia.
Ia orang dekatnya As'ad Waka BIN (orang kedua setelah Hendropriyono).
Waktu Gus Dur Presiden, As'ad dikenal sebagai orang dekatnya Gus Dur.
Hambali juga merupakan planted Agent yang ditanamkan ke dalam gerakan
Islam radikal (baik di Indonesia maupun Malaysia).

Sarjio salah seorang pelaku peledakan Bali sudah banyak memberi
pengakuan kepada POLRI soal sumber-sumber bahan peledak untuk
kasus Bali. Bahkan Sarjio siap jika POLRI meminta reka-ulang tentang
bagaimana ia meracik bahan peledak untuk kasus Bali. RDX yang diracik
Sarjio sumber-sumber (bahannya) berasal dari Mabes TNI.

Karena itulah Sarjio tidak pernah dijadikan saksi untuk persidangan
kasus Bali, misalnya untuk persidangan Amrozy.
Harian Republika sering mengungkap keganjilan persidangan kasus Bali.
Apakah ini ada kaitannya dengan dipecatnya 15 wartawan Republika oleh
Erick Tohir baru-baru ini?

Mengapa begitu mudah Ba'asyir disusupi intel? Karena niat mereka
cuma satu, yaitu mensosialisasikan perlunya penerapan syari'at Islam.
Bahkan kepada intel sekalipun. Ini alasan yang pertama.

Alasan kedua, karena pada umumnya mereka tidak punya sense dan knowledge
yang memadai soal dunia (tipudaya) intelijen.

Ketiga, banyak sekali dari kalangan "islam pergerakan" atau "islam
garis keras" yang bisa dibeli. Seperti Nurhidayat (kasus Lampung 1989).
Informasi berikut ini dapat menjadi salah satu penjelas bagi alasan
ketiga di atas. Tentang, keterlibatan SBY + Mendagri dalam kasus
pembunuhan Abu Jihad alias Teungku Fauzi Hasbi (putra Hasbi Geudong).

Teungku Fauzi Hasbi adalah Intel Madya BIN. Teungku Fauzi Hasbi orang
dekatnya As'ad (Waka BIN). Ia sudah menjadi "islam garis keras" sekaligus
intel sejak lembaga itu bernama BAKIN.

Menurut Irfan S. Awwas, dalam sebuah tulisannya di Jawa Pos edisi Jumat
27 Desember 2002, berjudul "ICG dan Kesaktian Sidney Jones", dikatakan
bahwa: ".Laporan itu hanya menggambarkan bahwa Teungku Fauzi Hasbi
(paman Al Chaidar) masih menjalin komunikasi dengan Syafrie hingga kini.

Juga digambarkan Hasbi punya kedekatan dengan A.M. Hendropriyono
(kepala BIN). Padahal, hingga kini dia masih menjalin kontak tidak saja
dengan Syafrie, bahkan dengan banyak petinggi militer aktif dan
purnawirawan seperti Wiranto (mantan Pangab). Karena itulah, GAM pimpinan
Teungku Fauzi Hasbi oleh kalangan Islam pergerakan disebut GAM made in
militer untuk membedakannya dengan GAM lainnya."

Pelaksana pembunuhan Abu Jihad adalah orang BIN, melibatkan beberapa
nama tokoh "islam garis keras" seperti Nur Hidayat (provokator kasus
Lampung 1989), Gaos Taufik (tokoh NII faksi Ajengan Masduki). Menurut
Laporan ICG 8 Agustus 2002, Gaos Taufik adalah pejuang Darul Islam dari
Jawa Barat yang kemudian menetap di Medan; kemudian terkait gerakan
Komando Jihad, menurut laporan dialah yang melantik Abdullah Umar dan
Timsar Zubil. Kini, Gaos Taufik berdomisili di Tangerang.

Teungku Fauzi Hasbi dibunuh di Ambon bersama 2 rekannya dari NII
faksi Ajengan Masduki. Mereka adalah Ahmad Saridup dan Agus Saputra.
Keduanya bisa mendampingi Teungku Fauzi Hasbi atas rekomendasi dari
Nurhidayat.

Teungku Fauzi Hasbi dan dua rekannya sebelum dibunuh di Ambon,
ditugaskan oleh BIN untuk melakukan bisnis di sana. Sersan Jawali
(intel Kodim setempat) menjadi fasilitator selama Teungku Fauzi Hasbi
(dan dua rekannya) menjajagi "bisnis" di Ambon. Padahal, Teungku Fauzi
Hasbi ditugaskan ke Ambon untuk dibunuh. Dua orang yang menyertai
Teungku Fauzi Hasbi dan ikut dibunuh merupakan "bonus" yang diberikan
Nurhidayat karena keduanya merupakan seteru Nurhidayat.

Saya berkesimpulan, masalah radikalisme (terorisme) yang berkaitan
dengan gerakan Islam, tidak sepenuhnya murni. Lebih banyak merupakan
rekayasa, dengan dua cara.

Pertama, memasukkan intel seperti Bafana, Hambali, Al-Farouq, atau
Abdul Haris ke dalam gerakan Islam, dan menjadikannya radikal,
kemudian ditumpas.
Kedua, membina orang dalam menjadi partner. Seperti yang mereka
lakukan terhadap Teungku Fauzi Hasbi, Nurhidayat dan Sudarsono
(provokator kasus Lampung 1989), Ahmad Yani Wahid (petinggi Jama'ah
Imran, Kasus Cicendo Bandung, dan Pembajakan Woyla).

Tujuannya, adalah menciptakan hantu teroris yang berasal dari "islam
garis keras" atau "islam fundamentalis" atau "islam radikal".
Lihat juga posting di milis Sabili ber-subject "Menciptakan Hantu
Teroris" yang ditayangkan pada Sunday, November 10, 2002 6:36 AM.
Nampaknya Ba'asyir memang diplot untuk menjadi "hantu teroris".

Melalui kesaksian Bafana, nampaknya Ba'asyir akan tetap mendekam di
tahanan, dan barangkali, kelak akan dinobatkan sebagai Bapak Teroris
Islam Garis Keras. Sehingga negara ini punya ancaman serius, terutama
dari Islam Garis Keras melalui sosok Ba'asyir. Dengan demikian, yang
paling afdhol untuk menjalankan roda pemerintahan adalah MILITER.

Sumber:
From: "Syaifuddin Bidakara "
Sent: Wednesday, July 02, 2003 8:00 AM
Subject: [Sabili] Baasyir, Bafana dan Intel

Tidak ada komentar: