[Opini ini pertama kali ditulis pada: 1 Oktober 2010, 20:02]
[Opini ini direvisi pada: ]
Quote:
"..
> Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha menegaskan, pengangkatan Mayjen
TNI Pramono Edhie Wibowo sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan
Darat (Pangkostrad), bukan berdasarkan kedekatan hubungan kekeluargaan dengan
Ani Yudhoyono.
>
> Julian, di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (30/9), mengatakan, pengangkatan
Edhie Wibowo sepenuhnya berdasarkan kompetensi dan kelaziman dalam jenjang
Tentara Nasional Indonesia (TNI).
>
> "Ini berdasarkan kompetensi dan itu semua berdasarkan kelaziman dalam jenjang
TNI. Saya pastikan bahwa tidak ada hubungannya dengan pertimbangan-pertimbangan
kedekatan," ujar Julian.
.."
JuBir bisa saja membantah.. faktanya, faktor kedekatan memegang faktor penting.
Termasuk apa yang disebut 'membangun dinasti'. Lihat artikel lama (tahun 2006)
lalu..
--
Wassalam,
Irwan.K
"Better team works could lead us to better results"
http://irwank.blogspot.com
fb/twitter/skype: irwank2k2
http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2006/bulan/04/tgl/25/time/171638/idnews/582117/idkanal/10
Antara Soeharto - Prabowo dan SBY - Erwin Sujono
Arifin Asydhad - detikcom
Jakarta - Perjalanan kekuasaan Presiden SBY mirip-mirip perjalanan
kekuasaan Soeharto. Dulu, saat Letjen Prabowo Subianto diangkat
sebagai Pangkostrad, Presiden Soeharto dikecam habis. Isunya, karena
dugaan nepotisme. Maklum, saat itu, Prabowo adalah menantu Soeharto.
Dan kini, pengangkatan Mayjen Erwin Sujono sebagai Pangkostrad, juga
dikecam. Setidaknya oleh kalangan DPR. Isunya sama: indikasi
nepotisme. Maklum, Erwin adalah kakak ipar SBY. Panglima TNI Marsekal
Djoko Soeyanto dan KSAD Jenderal TNI Djoko Santoso jelas membantah
tudingan nepotisme dalam pengangkatan Erwin.
Jabatan Pangkostrad memang cukup strategis. Dengan jabatan
Pangkostrad, maka seseorang perwira tinggi relatif tidak akan sulit
untuk mendapat promosi jabatan ke KSAD, level bintang empat
(jenderal), dan juga jabatan lebih tinggi lainnya.
Tidak lama lagi, Erwin akan mengemban pangkat jenderal bintang tiga
(letnan jenderal). Dan tentu, Erwin masih punya banyak kesempatan
untuk menambah lagi bintangnya menjadi empat. Bila tidak dijegal di
Wanjakti, setelah Pangkostrad, sangat mungkin Erwin akan naik jabatan
sebagai KSAD. Setelah KSAD, maka peluang Erwin menjadi Panglima TNI
juga terbuka lebar.
Dari sisi umur, Erwin masih belum terlalu tua. Tentara alumnus Akademi
Militer tahun 1975, rata-rata saat ini berumur 53-54 tahun. Dari sisi
umur, Erwin masih punya kesempatan untuk menjadi orang nomor satu di
TNI, setidaknya untuk dua atau tiga tahun ke depan.
Dengan naiknya Erwin menjadi Pangkostrad, maka saat ini Presiden SBY
memiliki dua ipar yang memiliki dua jabatan penting di TNI. Seorang
lainnya adalah Brigjen TNI Pramono Edie Wibowo, yang kini menjabat
Wakil Danjen Kopassus. Seperti Erwin, bintang Pramono Edie sangat
mungkin terus mencorong. Biasanya, setelah menjadi Wadanjen Kopassus,
maka sang tentara pun akan mengemban Danjen Kopassus, jabatan untuk
bintang dua (mayjen).
Anggota DPR dari Fraksi PDIP Permadi mengkritisi jabatan-jabatan
penting yang diemban ipar SBY. "Masak ipar-iparnya masuk. Ada yang
jadi ketum partai, menjadi Pangkostrad, ada Wadanjen Kopassus,
sebentar lagi Danjen Kopassus. Ini jadi tanda tanya," ujar anggota
Komisi I ini.
Wakil Ketua DPR Soetardjo Soerjogoeritno juga menilai pengangkatan
Erwin bisa membuat cemburu tentara-tentara seangkatan Erwin. Sementara
Ali Munchtar Ngabalin dari Fraksi Bintang Pelopor Demokrasi (FPBD)
menilai pengangkatan Erwin ini berbau Orde Baru, mirip dengan yang
dilakukan Soeharto saat berupaya mempertahankan kekuasaannya.
Yang paling gampang ditebak dari moncernya karir ipar-ipar SBY ini
adalah isu tentang upaya pelanggengan kekuasaan di tahun 2009. Apakah
SBY terlibat dalam kenaikan karir dua iparnya ini? Belum tahu. Hingga
kini, SBY belum berkomentar. Hanya saja, Panglima TNI Marsekal Djoko
Soeyanto membantah ada instruksi SBY.
Yang jelas, untuk menjadi presiden 2004-2009, SBY cukup jitu dalam
menyusun strategi. Tahap demi tahap dijalankan dengan rapi. Dan di
empat bulan pertama di tahun 2006 ini -- atau 1,5 tahun kekuasaannya
-- SBY sudah digawangi oleh Pangkostrad dan Wadanjen Kopassus. Kini
kekuasaan SBY masih 3,5 tahun lagi. Akankah kedua iparnya ini akan
mempunyai lompatan besar dalam jabatan di TNI? Kita tunggu saja.
Dilihat dari itung-itungan umur, Erwin sangat mungkin menjadi KSAD
atau Panglima TNI dalam waktu yang tidak terlalu lama, minimal sebelum
masa tugas Presiden SBY berakhir. Apalagi Marsekal Djoko Soeyanto
tidak akan lama menjabat Panglima TNI. Sebab, usia Djoko Soeyanto saat
ini sudah 56 tahun lebih. Satu - dua tahun lagi juga akan pensiun.
Bila Djoko Soeyanto pensiun, maka jabatan Panglima TNI akan
dipindahtangankan. Sangat mungkin, jabatan Panglima TNI periode
selanjutnya akan dipegang kembali oleh TNI Angkatan Darat (AD). Dan
bila demikian, maka Jenderal TNI Djoko Santoso paling berpeluang
sebagai Panglima TNI. Bila Djoko Santoso naik, maka Erwin memiliki
kans untuk menjabat sebagai KSAD.
Tapi, bila Presiden menghendaki, Erwin bisa mendapat lompatan jembatan
yang mengejutkan, bila kasus Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu terjadi
pada diri Djoko Santoso. Bisa saja Djoko Soeyanto diperpanjang sebagai
Panglima TNI, tapi Djoko Santoso dimasukkan sebagai pati nonjob
(seperti Ryamizard). Dengan begitu, Erwin bisa menjabat KSAD sebentar,
kemudian menjadi Panglima TNI. Sangat mungkin kan?
Di zaman Soeharto, pengangkatan Prabowo sebagai Danjen Kopassus yang
tak lama kemudian diangkat sebagai Pangkostrad, dinilai banyak
kalangan sebagai upaya melanggengkan kekuasaan. Soeharto melakukan hal
itu karena sudah membaca tanda-tanda zaman bahwa dirinya akan
dilengserkan. Prabowo menjadi Pangkostrad di akhir kekuasaan Soeharto.
Begitu Soeharto lengser pada 21 Mei 1998, dua hari kemudian Prabowo
langsung dicopot sebagai Pangkostrad dan dipensiunkan.
Yang terjadi saat ini cukup berbeda. Erwin mendapat jabatan
Pangkostrad di saat SBY masih cukup lama memimpin negeri ini. SBY
masih 3,5 tahun memimpin negeri ini dengan legitimasi yang kuat. Tentu
masa itu tidak terlalu pendek untuk menyusun strategi. Tidak seperti
Soeharto yang sudah terlambat mengantisipasi. (asy)
Pada 1 Oktober 2010 05.24, awind
menulis:
>
> Kalau pengangkatan calon Kapolri pak SBY kan sudah bilang bahwa tidak benar bahwa satu calon Kapolri itu adalah krabatnya. Begitu juga promosi Mayjen TNI Pramono Edhie Wibowo bukan karena hubungan kekeluargaan melainkan sudah "sesuai dengan jalurnya berdasarkan kompentisi dan kelaziman dalam jenjang Kekeluargaan TNI".
>
> http://www.gatra.com/artikel.php?id=141732
>
> Pramono Jadi Pangkostrad Bukan Karena Ani
>
> Jakarta, 30 September 2010 17:00
> Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha menegaskan, pengangkatan Mayjen TNI Pramono Edhie Wibowo sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad), bukan berdasarkan kedekatan hubungan kekeluargaan dengan Ani Yudhoyono.
>
> Julian, di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (30/9), mengatakan, pengangkatan Edhie Wibowo sepenuhnya berdasarkan kompetensi dan kelaziman dalam jenjang Tentara Nasional Indonesia (TNI).
>
> "Ini berdasarkan kompetensi dan itu semua berdasarkan kelaziman dalam jenjang TNI. Saya pastikan bahwa tidak ada hubungannya dengan pertimbangan-pertimbangan kedekatan," ujar Julian.
>
> Menurut dia, promosi diberikan kepada adik kandung Ani Yudhoyono itu bukan berdasarkan pertimbangan tidak jelas dan argumentasi tidak bertanggung jawab.
>
> Julian menjamin Presiden Yudhoyono sama sekali tidak ikut campur dalam pengangkatan Pramono Edhie Wibowo yang sebelumnya menjabat Panglima Komando Daerah Militer III Siliwangi.
>
> "Saya tahu Presiden menyerahkan sepenuhnya kepada TNI sendiri. Jadi, mekanismenya seperti yang ada dalam tubuh TNI sendiri. Silahkan ditanyakan kepada Panglima TNI kalau itu lebih baik," tuturnya.
>
> Mayor Jenderal Pramono Edhie Wibowo diangkat Pangkostrad melalui Surat Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/630/IX/2010 tertanggal 27 September 2010.
>
> Namun serah terima jabatan Pangkostrad yang saat ini masih dipegang Letnan Jenderal Burhanuddin Amin itu baru dilakukan pada akhir Oktober 2010.
>
> Pramono Edhie Wibowo juga pernah menjabat Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus TNI AD (Kopassus) sejak 1 Juli 2008 hingga 4 Desember 2009. [TMA, Ant]