[Opini ini pertama kali ditulis pada: 07 Maret 2012 17:35]
[Opini ini direvisi pada: 09 Maret 2012 14:20]
Tanpa saya sadari, dua minggu sebelum kejadian Tsunami di Aceh 2004 lalu,
saya coba menuangkan coretan seputar rencana kenaikan harga BBM di masa
100 hari awal Kabinet Indonesia Bersatu (KIB I). Tahun ini kejadian serupa
akan kembali berulang/rakyat harus menanggungnya. Hal ini mendorong saya
kembali membuat coretan dengan tambahan informasi yang mudah-mudahan lebih
komprehensif.
Masih Dengan Pola Penyebaran Isu
--------------------------------
Pada masa PengelolaNegara (saya tidak suka menggunakan kata Pemerintah)
KIB I, rakyat menelan 3x kenaikan harga BBM atau sering disebut dengan
penghematan 'subsidiBBM' untuk tutupi 'defisit anggaran/APBN' yakni dari
harga 1800 menjadi 2400 (Maret 2005), 4500 (Oktober 2005) dan 6000 rupiah
(Mei 2008) untuk Premium.
Sebagai catatan, dalam tulisan ini, kita belum membahas istilah 'subsidiBBM'
(mungkin di tulisan lain); sesuatu yang sifatnya 'debatable'. Sejauh ini
kita coba mengalah/ikuti dahulu logika/mau-nya para pengusung istilah
tersebut.
Berdasarkan info yang didapat, PakSus (Susilo Bambang Yudhoyono - SBY)
sudah melakukan > 50x (kabarnya hampir mencapai 60x) rapat membahas
rencana kenaikan hargaBBM sejak 2010 sampai 2012; namun tanpa keputusan
tegas mengenai kenaikan hargaBBM tersebut.
Kita bisa lihat dalam pemberitaan, setidaknya rencana kenaikan hargaBBM
ini sudah didorong di April 2011 (Chatib: Harga Premium Idealnya Naik
Rp1.000). Bahkan sebelumnya rakyat mendapat 'ancaman' dari PengelolaNegara
akan rencana pembatasanBBM alias pemaksaan untuk menggunakan bahan bakar
sejenis Pertamax (RON lebih tinggi dari Premium) di pertengahan Desember
2010 (Pembatasan BBM Tidak Jadi Januari 2011).
Rupanya modus penyebaran isu sebelum rencana sebenarnya dilakukan masih
saja digunakan. Akibatnya, seperti yang saya sebut soal 2x dampak (yakni
sesaat setelah isu dan setelah rencana dilakukan) masyarakat sudah terkena
imbasnya sejak awal. Beberapa harga barang sudah 'didongkrak' alias naik.
Padahal hingga batas waktu yang sebelumnya disebut-sebut, rencana-nya
batal/tidak jadi dilaksanakan.
Mengapa sampai demikian/seperti itu? Kita akan coba ulas/kupas dalam
bahasan berikut.
Memutar Kaset Kusut dan Dusta
-----------------------------
Kalau kita perhatikan, setiap kali ada (rencana) kenaikan harga BBM, pasti
akan diputarkan 'kaset kusut' yang sama. Apa saja itu? Diantaranya janji
bahwa subsidiBBM yang dihemat tadi akan digunakan untuk
"..program penanggulangan kemiskinan, pendidikan, kesehatan, infrastruktur
dasar khususnya infrastruktur pedesaan, pertanian dll. ..".
Bagaimana realisasinya? Kita lihat kutipan dari Prof Didik J. Rachbini
di tahun 2006.
"..
Akan tetapi, kata ekonom Didik J Rachbini, persoalannya adalah, apakah
implementasi strategi dan kebijakan investasi di bidang infrastuktur yang
telah dibuat pemerintah itu akan bisa berjalan efektif di lapangan?
Didik berpendapat, regulasi dan pembenahan kelembagaan yang dibuat pemerintah
sudah cukup memadai, cukup komprehensif. Namun, itu baru sebatas konsep.
“Masih berfungsi seperti blue print saja, yang perlu tindak lanjut manajemen
pemerintahan di lapangan,” ujarnya (Kompas, 10/11).
.."
Coba kita lihat bagaimana perkembangannya di 2011-2012.
"..
“Pertumbuhan sektor transportasi di Indonesia sangat tinggi dibandingkan
dengan sektor lainnya, namun perkembangan infrastruktur tidak memadai,
sehingga banyak daerah yang tidak terjangkau,” kata Ketua Lembaga Penelitian
Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Indonesia (LP3EI), Didik J Rachbini
di Jakarta, Selasa.
Didik mengatakan bahwa meskipun perekonomian nasional tumbuh sangat baik
jika dibandingkan dengan negara lain, namun, dari sisi infrastruktur
khususnya pertambahan jalan sangat sedikit dan pemerintah membangun jalan
rata-rata kurang dari 100 kilometer per tahun.
..
Dalam kesempatan tersebut, anggota LP3EI Kadin, Ina Primiana, mengatakan
bahwa biaya logistik di Indonesia mencapai 24 persen dari total Produk
Domestik Bruto (PDB), atau senilai Rp1.820 triliun per tahun merupakan
biaya logistik paling tinggi di dunia.
“Biaya logistik di Indonesia mencapai 24 persen dari total PDB, angka
tersebut setara dengan Rp1.820 triliun yang terbagi dalam biaya penyimpanan
sebesar Rp546 triliun, biaya transportasi Rp1.092 triliun, dan biaya
administrasi sebesar Rp182 triliun,” tuturnya.
Ina mengatakan bahwa biaya logistik di Indonesia terbilang sangat tinggi
jika dibandingkan dengan Malaysia yang hanya sebesar 15 persen, Amerika
dan Jepang sebesar 10 persen. (Antara)
.."
Meminjam kata yang sering PakSus gunakan, adalah memprihatinkan melihat
perkembangan jalan yang rata-rata hanya <100 km/thn. Juga rasio biaya
logistik dibanding PDB yang 24% (Msia 15%, Amerika & Jepang 10%).
Pantas saja produk mis: sayur & buah lokal sulit bersaing dengan produk
impor sejenis; dikarenakan mahalnya ongkos kirim yang akibatkan harga
sayur & buah lokal lebih mahal.
Sekarang kita coba lihat realisasi rencana 10.000 MW listrik Tahap I
hingga (akhir) 2012.
"..
Pasokan listrik akan bertambah sebesar 3.500 megawatt (MW) pada semester
pertama 2012 ini. Penambahan pasokan setrum ini seiring beroperasinya
pembangkit PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang baru.
..
Untuk semester kedua, Jarman menargetkan ada tambahan pasokan listrik
sebesar 3.500 MW. Sehingga total pasokan listrik pada 2012 sebesar 7.000 MW.
Dia berharap 70% proyek 10.000 MW tahap pertama sudah tuntas tahun ini.
.."
Kita bisa lihat, bahkan hingga semester I 2012 saja baru ditargetkan ada
3500 MW tambahan listrik (35% dari rencana 10.000 MW tahap I) dan 3500 MW
tambahan pada akhir tahun 2012, total 7000 MW (70%).
Berdasarkan data & fakta di atas, sangat wajar/tidak berlebihan kalau rakyat
menyimpulkan PengelolaNegara tidak sungguh-sungguh melakukan tugas mereka.
Terlebih janji untuk membangung infrastruktur sebagai kompensasi pencabutan
'subsidiBBM'.
Dengan kondisi ini bagaimana mungkin rakyat dapat percaya pada janji-janji
yang jajaran menteri KIB II di bawah PakSus lontarkan sebagai rasionalisasi
atas rencana kenaikan hargaBBM? Sudah jelas janji pengalihan 'subsidiBBM'
3x di 2005 & 2008 TIDAK DIREALISASIKAN DENGAN SEBENAR-BENARNYA.
Dalam bahasa awam: PakSus dan menteri terkait di KIB I, sudah BERBOHONG!
Perbedaan KIB (I) dengan KIB ke-dua
-----------------------------------
Seperti disebutkan sebelumnya, rakyat dipaksa menanggung beban kenaikan
harga barang-barang lain (terdampak) kenaikan hargaBBMm, minimal 2x
(sesaat setelah isu disebarkan dan setelah kenaikan harga sebenarnya).
Namun yang terjadi di masa KIB II (hasil pilpres2009), rencana tersebut
dihembuskan sejak 2010 tanpa realisasi (setidaknya hingga Maret 2012).
Sejak ribut-ribut akhir 2010 soal rencana pembatasanBBM di Januari 2011,
dapat dibayangkan bagaimana produsen&distributor sudah melakukan ancang-
ancang dengan menaikkan harga barang/produk mereka (khususnya sembako)
lebih dulu merespon kabar tersebut. Lagi-lagi rakyat yang harus menanggung
itu semua.
Nyatanya sampai dengan 2012, rencana pembatasanBBM tidak dilaksanakan karena
infrastruktur pendukungnya sendiri tidak dipersiapkan. Bisa dibilang,
PengelolaNegara (dipimpin PakSus) menunjukkan kualitasnya sebagai:
'Nafsu besar tenaga kurang'. Banyak rencana namun minim realisasi.
Kalangan yang menolak rencana pencabutan 'subsidiBBM' banyak yang menuduh PakSus tidak berani melakukan rencana tersebut karena khawatir jabatan/posisinya sebagai Presiden RI terancam. Setidaknya hal itu di-amin-i Menko Polhukam dan Ketua Umum Partai Demokrat (Anas Urbaningrum) yang menyebut adanya upaya menggulingkan PakSus saat kenaikan hargaBBM dan mengajak kader Demokrat untuk siap perangi/hadapi upaya tersebut.
Masih ingat ucapan ybs di Rapimnas KADIN, Pebruari 2005:
"..
"I don't care about my popularity. Yang penting terus bekerja untuk
kesejahteraan rakyat," tandasnya.
.."
Muncul pertanyaan mengapa di masa KIB II, PakSus tidak 'seberani' di masa
KIB (I, 2004-2009)? Bagi yang jeli, rasanya tidak sulit untuk menjawabnya.
Tentu kita masih ingat siapa yang selalu 'pasang badan' di hadapan media
massa mengumumkan dan menjelaskan kenaikan hargaBBM di masa KIB I?
PakSus sendiri? Tentu tidak..
AFAIK, yang mengerjakan 'tugas kotor' itu adalah Wapres Jusuf Kalla (JK)..
Begitupun yang melakukan diplomasi senyap dengan Malaysia meredakan
'ketegangan' dengan Msia soal Ambalat..
PakSus hanya tampil di depan TV saat berpatroli di atas armada TNI AL..
Juga tergesa-gesa saat tampil membacakan penurunan hargaBBM 500 rupiah
yang dicicil dalam 3x 500 rupiah di 2009 (jelang pilpres); padahal saat
itu dapat dilakukan sekaligus 1500 rupiah karena hargaBBM di RI sempat
lebih mahal dari harga internasional.
Lantas, mengapa saat ini Wapres Boediono tidak mengambil peran seperti
Wapres JK mengumumkan ketegasan dan menjelaskan di hadapan media massa
soal kesiapan PengelolaNegara menaikkan hargaBBM? Tentu ybs yang dapat
menjawabnya. :D
Bagaimana sikap rakyat?
-----------------------
Tulisan ini belum membahas alasan PengelolaNegara menaikkan hargaBBM/
mencabut 'subsidiBBM'. Namun setidaknya dari paparan di atas terlihat
betapa tidak sesuainya apa yang dijanjikan sebagai kompensasi pencabutan
'subsidiBBM' dengan realisasinya; bahkan selama 7 tahun.. yang dalam
satu kesempatan, dikeluhkan PakSus dengan 'tidak naik gaji'..
Sangatlah tidak pantas PengelolaNegara kembali menyengsarakan rakyatnya
sebelum mereka memenuhi janji serupa/terdahulu. Dan sangat logis kalau rakyat
tidak percaya lagi dengan 'kaset kusut' janji kompensasi pembangunan
infrastruktur dll yang sama diucapkan setiap kali rakyat akan 'dicekik'
kenaikan hargaBBM dan barang-barang lain yang terdampak.
Jakarta, 07 Maret 2012.
(*) Penulis adalah anggota masyarakat biasa yang kebetulan memiliki
perhatian kepada kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan kepentingan
masyarakat.
[..bersambung..]
Referensi:
* Inilah Perkembangan Harga BBM Dalam Negeri Dari Tahun 1980-2008.
http://www.tambangnews.com/serba-serbi/database/276-inilah-perkembangan-harga-bbm-dalam-negeri-dari-
tahun-1980-2008.html
* Chatib: Harga Premium Idealnya Naik Rp1.000
http://bisnis.vivanews.com/news/read/213316-premium-idealnya-naik-rp1000-per-liter
* Pembatasan BBM Tidak Jadi Januari 2011
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/12/14/08165632/Pembatasan.BBM.Tidak.Jadi.Januari.2011
* Investor Belum Mendapat Kepastian
http://sholahudin-achmad.blogspot.com/2006_11_01_archive.html
* KADIN Pertumbuhan Transportasi Tinggi, Infrastruktur Tidak Memadai
http://www.bumn.go.id/pelindo1/galeri/kadin-pertumbuhan-transportasi-tinggi-infrastruktur-tidak-
memadai/
* Semester I 2012, ada tambahan setrum 3.500 MW
http://industri.kontan.co.id/news/semester-1-2012-ada-tambahan-setrum-3.500-mw/2012/02/08
* Presiden SBY: I don't care about my popularity
http://news.detik.com/read/2005/02/03/124706/284399/10/presiden-sby-i-don-t-care
* Rencana Kenaikan harga BBM di masa 100 hari Pemerintahan KIB.
http://irwank.blogspot.com/2011/03/coretan-soal-rencana-kenaikan-dan.html
Rabu, Maret 07, 2012
[TopikBBM] Perbedaan sikap #PakSus di masa KIB (I) dan KIB II
Label:
Boediono,
Infrastruktur,
Jusuf Kalla,
kenaikan harga BBM,
KIB I,
KIB II,
PakSus
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar