[Opini ini direvisi pada: ]
Email saya ke milis FPK (Forum Pembaca Kompas) pada 2 Maret 2006.
Bahkan sampai hari ini masih saja ada tudingan kenapa MAR 'diam' saja
saat jadi Ketua MPR.
Wassalam,
Irwan.K
------
Maaf kalau komentar saya agak panjang.. Mudah"an diloloskan moderator.. :-)
>> Terus kenapa waktu Bapak AR jadi ketua MPR kok malah nggak ada suaranya?
Komentar saya soal ucapan AR (dan Walhi) di Indonesian Observer vs Kissinger
tahun 2000 udah sampai di milis ini kan? Atau belum ya? :-)
Selain itu, kalau saya gak salah, AR pernah bilang bahwa sebelum menjabat
sebagai ketua MPR, beliau ini seperti pilot pesawat jet; yang bebas bergerak/
bermanuver.. Namun setelah menjadi Ketua MPR, beliau seperti pilot pesawat
boeing; dengan ratusan penumpang -anggota MPR-, yang bisa mual
[bahkan terkencing-kencing 'ketakutan'(?) :D] apabila pilotnya bermanuver
seagresif sebelumnya. Belum lagi, kabarnya banyak kritikan secara formal/
informal dari Wakil Ketua dan anggota MPR lainnya soal tugas dan wewenang
Ketua MPR sehubungan dengan statement 'agresif' tersebut..
Saya tidak paham soal seberapa besar/kuat kewenangan Ketua MPR pasca
reformasi.. Mungkin ada yang bisa menjelaskan lebih rinci soal ini?
Terlepas dari seberapa aktif AR 'bermanuver' saat menjadi Ketua MPR,
saya melihat media massa kurang memberi porsi yang cukup terhadapnya..
Dan rasanya saya tidak melihat baik AR maupun PAN (bahkan simpatisannya)
mengeluhkan soal ini.. Entah hal ini berdampak baik atau buruk.. :-p
Karena dalam kenyataannya, media sendiri terkadang menjadi pesan dan
bukan penyampai pesan (media is a message itself, not the messenger) -
sangat tergantung kelompok/siapa di belakangnya..
Berbeda dengan yang ditunjukkan simpatisan (atau elit?) salah satu partai
yang mengeluhkan tidak bersahabatnya media massa kepada (aktifitas) mereka.
---------
IMHO, satu-satunya kelemahan beliau adalah mesin politik yang kurang besar
(baca: dukungan suara yang diraih lewat partai - PAN).. Artinya hingga saat
ini, daya jual pemikiran kritis dan pro-publik masih 'kalah' dibandingkan
pemikiran pragmatis dan pro-pasar semata atau menuruti kemauan investor/pihak asing,
misalnya.. Pokoknya yang dari asing 'is the best'-lah..
Hal ini makin diperparah oleh ulah sebagian kalangan yang 'menyerang' beliau
dengan isu agama (mis: jilbab/kerudung istrinya kalah rapat/rapih dibanding
yang diperlihatkan oleh istri seorang jenderal).. Atau bahkan isu murahan
seperti soal Muhammadiyah vs NU (dalam soal tahlilan, qunut, dll). :-p
termasuk 'reformasi yang membuat repot nasi', misalnya.. :-(
Tentu saja, tak ada gading yang tak retak.. siapapun bisa saja salah..
Paling tidak, bisa kita lihat sejauh mana komitmen dan pembuktian untuk
tetap berpihak kepada publik; dan yang terpenting adalah kejujuran dan ketulusan.
Bukan sekedar upaya pencitraan agar terlihat 'baik', 'santun', 'keren','oke'
atau lagi-lagi sikap 'klaim dan seolah-olah'.. :-)
CMIIW..
Wassalam,
Irwan.K
On 3/3/06, Achmad Chamdani Eka P.
>
> Siapa bilang AR tidak menyuarakan Freeport ketika menjadi ketua MPR. Media saja yang tidak
> mengekspos. Bukan hanya masalah Freeport, tertapi dia juga meneriakkan
> penjualan aset seperti Indosat, Astra dll.
> Kalau dia mau makan uang haram, dia sudah kaya dari dulu bung !!! Lihat
> saja hanya berapa sih kekayaan
> dia sekarang ? Jauh dibandingkan dengan politisi lainnya. Dan secara logis
> bisa dihitung darimana kekayaan dia itu. Yang jelas saya salut pada kebersihan beliau.
>
> ----- Original Message -----
> From: "agli_666"
> Sent: Thursday, March 02, 2006 1:19 AM
> Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Amien Rais: "Bongkar Kejahatan Freeport"
>
> > Itulah sebabnya beliau di sebut politisi :).
> >
> >
> > salam
> >
> > Agli
> >
> >
> > --- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, kuncaraning sari
> >>
> >> Terus kenapa waktu Bapak AR jadi ketua MPR kok malah
> >> nggak ada suaranya?
> >>
> >> Salam,
> >>
> >> Sari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar