[Opini ini direvisi pada: ]
Hemat BBM harus/ayo aja..
Tapi sampaikan dengan jujur & sejahterakan rakyat lebih HARUS!!
RudyantoN gak nyimak emailnya pak Haniwar nih.. :-p
"..
http://www.esdm.go.id/berita/migas/40-migas/3718-proyeksi-indonesia-crude-oil-icp-tahun-2011.html
"Harga minyak mentah Indonesia terdiri dari 49 jenis, dimana hanya beberapa yang
diperdagangkan di luar negeri. Oleh karena itu dalam menentukan ICP digunakan formula
yang mengacu pada publikasi harga minyak mentah Indonesia di perdagangan internasional
antara lain RIM dan Platts", ujar Dirjen Migas Evita H.Legowo dalam Raker dengan Komisi VII
DPR RI Kamis (2/9) lalu.
.."
Kebanyakan rakyat RI hanya berpenghasilan lokal (bahkan di bawah UMR)
tapi urusan harga BBM dipaksa ikuti standar internasional.
Harusnya istilah 'BBM Bersubsidi' diganti dengan 'BBM harga lokal/DN' dan BBM non subsidi
diganti dengan 'BBM harga ICP/Nymex' atau standar lain..
Anggaplah:
ICP = Harga ICP
TC = Total konsumsi BBM RI
HL = Harga lokal
TL = Total lifting BBM RI
N = Selisih TC - TL
Sebagai rakyat awam, anggaplah kita 'nombok' sebesar 300-400rb bbl/hari, acuan
kekurangan/subsidi per hari bukanlah selisih (delta) dari (ICP * TC) - (HL * TL).
Karena kalau begitu berarti rakyat bahkan membayar BBM dari bumi RI dengan
harga internasional. Ini gila.. Ini pemerasan.. :-(
Hitungan (delta) di atas lebih tepat disebut dengan 'profit loss' atau sekedar potensi
'keuntungan yang hilang.'.. BUKAN SUBSIDI..
Karena tidaklah mungkin semua TL dijual ke LN & rakyat sama sekali tidak boleh
mengkonsumsi BBM..
Berikut saya kutipkan diskusi dari milis lain:
"..
Masalahnya adalah 90% ladang minyak kita dikuasai perusahaan AS seperti Chevron,
Exxon, Conoco, dsb. Mereka ini menjual minyak yang mereka dapat ke Pertamina seharga
Pasar Nymex yaitu sekitar Rp 4700. Akibatnya Pertamina menanggung rugi.
.."
Kalau benar, kutipan ini sejalan dengan apa yang saya tulis di atas bahwa rakyat RI
dipaksa membayar semua BBM termasuk yg dari bumi RI dengan harga internasional.
Belum lagi kalau yang Pak Ugebasar sampaikan bahwa BBM RI dengan kualitas yang
lebih baik tapi diekspor (hasilkan devisa yang lebih besar);sebagai gantinya Pertamina
impor BBM dengan kualitas yg lebih rendah (harga lebih murah). Logika/harusnya beban
negara yang disebut" SUBSIDI dapat jauh lebih kecil lagi.. dibanding dengan selisih/delta
di atas.
Soal hitung"an harga BBM dan selisih di atas silahkan para pakar saling lengkapi data
dengan jujur dan terbuka. Jangan seperti DirJen Migas dan pejabat" lain. yang cuma
bilang sudah ada patokannya doank..
STOP PENYESATAN DAN PEMBODOHAN !!!
--
Wassalam,
Irwan.K
"Better team works could lead us to better results"
http://irwank.blogspot.com/
fb/twitter/skype: irwank2k2
"..
Sebetulnya kalau Ladang Migas di Indonesia 100% dikelola Pertamina, Pertamina akan
tetap untung jika Premium dijual Rp 4500/liter. Karena biaya lifting hingga di SPBU itu
paling cuma Rp 1.500 liter.
Bahkan dengan 20% minyak mentah impor pun Premium tetap untung di harga Rp 2500/liter.
Masalahnya adalah 90% ladang minyak kita dikuasai perusahaan AS seperti Chevron,
Exxon, Conoco, dsb. Mereka ini menjual minyak yang mereka dapat ke Pertamina seharga
Pasar Nymex yaitu sekitar Rp 4700. Akibatnya Pertamina menanggung rugi.
Coba jika Pertamina mengelola ladang minyak mereka, maka dengan biaya perolehan
Rp 1500/liter, Pertamina masih untung Rp 3000/liter jika menjual premium di harga
Rp 4500/liter.
Cuma memang kita butuh pejabat yang cerdas, berani, dan mandiri agar bisa seperti itu.
Bukan yang bermental boneka asing.
.."
Pada 3 Januari 2011 14.08, <ugebasar@yahoo.com> menulis:
Pada 3 Januari 2011 10.36, rudyanto_nebeng <no_reply@yahoogroups.com> menulis:Keburukan dijajah perusahaan adalah menganggap penduduknya bodoh, Contohnya, kita jual sweet crude oil yang harganya sangat mahal, intuk konsumsi penduduk kita beli minyak dari Arab yang sangat murah, dengan pemikiran akan dapat untung. Terus kita beli bensin dari singapur terus dujual ke penduduk ditambah biaya dll. Tapi kalau harga jual akhir ke penduduk lebih murah dibilang sunsidi, seakan-akan pemerintah jadi sinterklas dan penduduk harus berterima kasih kepada pemerintah seakan-akan berterimakasih kepada juragan...lieur..lieur..Powered by Telkomsel BlackBerryŽFrom: "Fakih, Ridwan" <rfakih@kockw.com>
-----Original Message-----
Date: Mon, 3 Jan 2011 08:12:42
To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com<Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com>
Subject: RE: [Forum-Pembaca-KOMPAS] harga BBM------------------------------------
Makanya Pemerintah selalu ada Istilah "SUBSIDI"......yang tak pernah Jelas juntrungannya.
Sebagai Contoh : Dulu kita memproduksi Minyak Mentah 1.7 Juta B/D dikonsumsi 0.8 Juta B/D.
Kita punya surplus lebih dari 50%...kok ada Istilah subsidi......
Saya Yakin produksi kita sekarang yang 0.9 Juta B/D dengan tingkat Konsumsi 1.2 JUta B/D.
Kalu perhitungan transparent mungkin Subsidi nggak ada......atau tidak sebesar yang ditulis dalam APBN.
( Kalau Pemerintah tak meniru Cara-Cara gaya Pedagang.......semacam VOC).
Rekan-Rekan FPK,
Wajar saja kalau Pertamax lebih mahal dari Ron 95 Malaysia karena Pertamax tidak disubsidi sedangkan Ron 95 Malaysia disubsidi. Murahnya karena ada subsidi :)
Berita lengkapnya di :
http://www.mstar.com.my/berita/cerita.asp?file=/2010/12/3/mstar_berita/20101203172722&sec=mstar_berita
Tapi ada istilah yang saya tidak paham:
"program membanteras jenayah"
Ada yang tahu apa artinya?
Best Regards,
Rudyanto
Mari Hemat BBM, Ayo Nebeng!> Powered by Telkomsel BlackBerry®
--- In mailto:Forum-Pembaca-Kompas%40yahoogroups.com, ugebasar@... wrote:
>
> Dulu Indonesia dijajah VOC ratusan tahun, yang kerja sebagai pegawainya kan orang Indonesia juga, budayanya sudah mengakar, yang namanya perusahaan, kalau rugi teriak-teriak, kalau untung diam-diam. Penduduk dianggap objek, maka istilahnya pemerintah, yang memberi perintah (boss) harusnya government atau yang memberi pelayanan.
>
> -----Original Message-----
> From: Haniwar Syarif <haniwarsyarif@...>
> Date: Mon, 03 Jan 2011 08:27:32
> To: <mailto:Forum-Pembaca-Kompas%40yahoogroups.com>
> Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] harga BBM
>
> kita sudah tahu Di Malyasia harga RON 95 setara Pertamax
> plus (oktan 95 ) harganya Rp.5.550 ( harga nya RM 1.90 dgn kurs
> RM 2,.900)_
>
> dan per 1 januari 2011 di Indonesia harganya sbb
>
> ....
> Sejak 1 Januari, PT Pertamina (Persero) menaikkan harga bahan bakar
> minyak non-subsidi ratarata Rp 450 per liter. Harga Pertamax, yang
> sebelumnya Rp 7.050, menjadi Rp 7.500 per liter. Harga Pertamax Plus
> naik dari Rp 7.450 menjadi Rp 7.900 per liter.
>
> ......'
>
>
> Beda Rp.2.400 lho , padahal malysia hanya klaim subsidi Rp.900 ,
> shgROM 95 itu HPP nya Rp.4.600
>
> tapi pemerintah diam aja tuh disodori data Malaysia
>
> mbok ya jelaskan dimana salahnya berita ini ??
>
>
> HS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar